Bisnis.com, CHICAGO -- Populasi di Amerika Serikat semakin menua, termasuk para pekerjanya. Namun, permasalahannya banyak perusahaan tidak melakukan persiapan dalam menghadapi hal tersebut. Akhirnya, pekerja senior ini tidak mendapatkan tempat di dunia profesional.
Dikutip dari Reuters, pada 2024, empat dari pekerja di Amerika Serikat akan berusia 55 tahun ke atas. Jumlah tersebut lebih tinggi dua kali lipat dibanding pada 1994, di mana pekerja umur 55 tahun hanya berjumlah 12% dari total populasi.
Pada kenyataannya, banyak pensiunan yang masih ingin bekerja. Sebagian butuh pekerjaan karena alasan finansial, sebagian lainnya ingin bekerja karena masih butuh pengakuan di lingkungan sosialnya.
Sebuah survey sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan oleh Society for Human Resource Management pada 2016 menunjukkan bahwa kurangnya perhatian perusahaan terhadap perencanaan jenjang karir bagi tenaga kerjanya yang mulai tua.
Hanya sekitar 35% dari perusahaan di Amerika Serikat hanya melakukan perencanaan jangka pendek dan hanya 17% yang telah melakukannya secara jangka panjang. Hampir semua perusahaan tidak menyiapkan jenjang karir bagi oegawai senior lebih dari 2 tahun. Bahkan, banyak perusahaan tidak merekrut pekerja berumur tua sama sekali.
Senior VP Society Human Resource Management mengatakan setelah adanya studi tersebut, banyak perusahaan yang mulai serius memikirkan eksistensi pekerja generasi tua.
“Di banyak ruang rapat, muncul urgensi terkait topik tersebut. Namun, pembicaraan tersebut masih seputar mempertahankan kondisi perusahaan dengan fokus bagaimana menangani pekerja multi generasi,” katanya.
Stereotipe tentang pekerja generasi tua yang menggambarkan mereka kurang gesit dan kurang produktif masih merajalela. Namun, keadaan bias tersebut berlanjut.
Deloitte Consulting menemukan bahwa 41% perusahaan di dunia menilai bahwa keberadaan pekerja senior ini akan merugikan perusahaan dalam bersaing.
Josh Bersin, konsultan SDM mengatakan hal tersebut merupakan bagian dari isu yang berkembang akibat adanya perbedaan kultur di setiap daerah.
“Saya menghabiskan banyak waktu dengan SDM di berbagai dunia. Mereka mulai menyadari bahwa menemukan talenta yang terbaik justru berasal dari pegawai yang sudah bekerja di perusahaannya,” katanya.