Betapa terkejutnya Dita ketika melihat jarum timbangan yang semakin bergerak ke arah kanan. Setelah masa libur Lebaran, Dita memang merasa tubuhnya semakin berat sehingga dia pun semakin malas bergerak.
Memang, pada saat Lebaran, wanita berusia 25 tahun tersebut sulit mengontrol pola makan. Apalagi ketika berkunjung ke rumah sanak saudara, dia selalu disuguhi makanan lezat yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi.
Menyadari bobot badannya semakin bertambah, Dita merasa kurang percaya diri. Apalagi setelah mengetahui bahwa dirinya masuk dalam golongan obesitas.
Faktanya, wanita memang lebih berisiko terkena obesitas. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar pada 2013, 19,7% populasi pria dewasa di Indonesia tergolong obesitas dan hampir dua kali lipatnya yaitu 32,9% terjadi pada wanita Indonesia.
Faktor utama penyebab obesitas adalah akibat mengonsumsi kalori melebihi porsi yang dibutuhkan oleh tubuh. Jumlah kalori yang masuk ke tubuh dan tidak diimbangi dengan aktivitas sehari-hari dan gaya hidup yang jarang bergerak menjadi salah satu penyebab banyaknya lemak yang menumpuk di dalam tubuh dan akhirnya menjadi obesitas.
Keberagaman makanan khas Indonesia yang memiliki kalori tinggi (tinggi kandungan lemak, gula, dan garamnya), secara tidak langsung menjadi penyebab meningkatnya angka obesitas, apalagi tidak diimbangi dengan aktivitas fisik
Untuk mengatasi berat badan yang berlebih, berbagai cara diet ditawarkan. Mulai dari mengurangi porsi makan secara drastis, tidak mengonsumsi karbohidrat, hingga menerapkan diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak.
Harta Calon Anggota DPD Asal Papua Ini Kalahkan Kekayaan Hary Tanoe & Sukanto Tanoto
Sekretaris Indonesian Nutrition Association yang juga ahli gizi dari Fakultas Kedokteran UI Saptawati Bardosono mengatakan bahwa hal yang penting dilakukan untuk mencegah dan menangani obesitas adalah dengan memilih dan memperhatikan nutrisi yang tepat dan lengkap.
“Konsumsi makanan harus seimbang, protein, karbohidrat, lemak, sebagai sumber kalori yang dibutuhkan tubuh tercukupi secara seimbang. Hanya saja kita harus pandai dalam memilih kandungan yang tepat dan dalam jumlah yang tepat,” ujarnya.
Selain itu, untuk mencegah obesitas, perlu memperhatikan jadwal makan setiap harinya yaitu tiga kali makan besar dan 2-3 kali makan selingan. Namun, untuk porsi makan harus dibatasi dan jangan terlalu banyak, disesuaikan dengan angka kecukupan gizi. Rata-rata angka kecukupan gizi seseorang per hari sekitar 1.500 hingga 1.700 kalori, tergantung pada masing-masing individu.
“Agar lebih mudah untuk mengontrol asupan kalori, meal replacement seperti susu rendah lemak atau biskuit berkalori rendah, dapat dijadikan sebagai alternatif,” tuturnya.
AIR PUTIH
Konsumen juga harus cerdas dalam memilih makanan kemasan. Kalau ada lemak jahatnya jangan dibeli. Mengonsumsi air putih sebanyak 8 gelas per hari juga perlu dipenuhi agar tubuh tidak dehidrasi dan lemak tubuh dapat larut dengan mudah.
“Lengkapi juga semua ini dengan aktivitas fisik atau olahraga yang cukup,” tambahnya.
Sementara itu, Head of Medical Kalbe Nutritionals Muliaman Mansyur mengatakan menurunkan berat badan bagi para penderita obesitas bukan hanya untuk memperindah dari segi estetika tetapi juga dari segi kesehatan. Sebab, obesitas bisa menjadi sumber dari berbagai jenis penyakit.
Oleh karena itulah, seorang yang sudah obesitas perlu untuk menjaga berat badan dengan mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan seimbang yaitu tinggi protein dan tinggi serat, rendah lemak dan rendah gula, serta tinggi kalsium dan vitamin mineral.
Menurutnya, protein yang tinggi juga terbukti dapat menurunkan berat badan. Sebab, protein yang tinggi dapat membantu memberikan rasa kenyang sehingga dapat mengurangi jumlah makanan. “Protein harus lebih dari 30% dari total kalori per serving,” ujarnya.
Selain memberi rasa kenyang lebih lama, protein juga dapat merangsang otak untuk melepas glukosa sehingga berdampak pada berkurangnya rasa lapar.