Ilustrasi/hrinc.com
Health

Waspadai Sarkoma, Kanker Jaringan Ikat yang Sulit Dideteksi

Dewi Andriani
Selasa, 20 November 2018 - 00:03
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa dari kita mungkin pernah mengalami beberapa gejala penyakit ringan seperti nyeri sendi rematik, perut kembung akibat naiknya asam lambung, dan benjolan ringan. Namun, siapa sangka jika gejala tersebut bisa menjadi tanda munculnya penyakit serius yang mematikan yaitu sarkoma.

Mungkin belum banyak masyarakat yang mengenal istilah sarkoma yaitu jenis kanker yang berkembang di jaringan ikat, seperti otot, lemak, tulang, tulang rawan, dan pembuluh darah. Kanker ini bisa muncul di bagian tubuh mana pun, serta memiliki gejala yang tampaknya tidak berbahaya dan sulit dibedakan dari penyakit-penyakit ringan.

Berdasarkan studi dari Amerika Serikat lebih dari 13.000 orang di AS akan terdiagnosis memiliki sarkoma jaringan lunak di tahun 2018, dan mengakibatkan sekitar 5.000 kematian. Sementara itu, penelitian lain menemukan adanya kesalahan penanganan pada 70% pasien, sehingga tingkat kelangsungan hidup rata-rata 5 tahun hanya sekitar 50% saja.

Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre Richard Quek mengatakan hingga saat ini pemahaman masyarakat Asia mengenai sarkoma yang sebetulnya sangat kompleks ini, masih kurang lengkap.

Apalagi belum banyak data nasional resmi yang menganalisa mengenai penyakit tersebut sehingga prevalensi sarkoma dan bagaimana mengelola penyakit tersebut masih sangat terbatas. Begitu pula dengan kesadaran dan pemahaman masyarakat maupun tenaga kesehatan profesional mengenai sarkoma masih sangat rendah.

“Ini sering menyebabkan diagnosis yang terlambat atau tidak akurat, yang kemudian menyebabkan penanganannya juga tidak tepat,” ujarnya.

Berdasarkan sebuat studi dari Belgia ditemukan bahwa 47% pasien yang menderita sarkoma jaringan lunak membiarkan gejalanya selama sekitar empat bulan sebelum akhirnya menemui dokter.

Waspadai Sarkoma, Kanker Jaringan Ikat yang Sulit Dideteksi

Setelah itu, pasien umumnya berkonsultasi ke dokter umum, yang kemungkinan besar sangat jarang memeriksa kasus sarkoma sehingga pada gejala awal 20% dokter umum terlambat lebih dari 3 bulan dalam merujuk pasien tersebut ke spesialis.

“Sebab, gejalanya sangat mirip dengan penyakit-penyakit ringan sehingga sulit dideteksi apalagi oleh dokter umum yang sangat jarang menangani kasus sarkoma,” tutur dokter yang juga mendirikan Singapore Sarcoma Consortium pada tahun 2013 dan Asia Sarcoma Consortium pada tahun 2015 sebagai wadah untuk penelitian dan pendidikan profesional.

Dia menyebutkan bahwa sarkoma mencakup lebih dari 70 sub-tipe sehingga menjadikannya sebagai salah satu tipe kanker yang paling sulit untuk didiagnosa. Namun, secara umum pasien dapat dibagi ke dalam empat subtipe utama sarkoma.

Pertama, sarkoma jaringan lunak, gastrointestinal stromal tumor (GIST), sarkoma tulang seperti osteosarkoma, dan Ewing's/Rhabdomyosarcoma. Kedua kelompok terakhir ditemukan terutama pada remaja dan kelompok usia dewasa muda (young adult).

“Kanker sarkoma ini bisa dikatakan sebagai penyakit langka dan hanya 1% orang dewasa yang terkena. Umumnya, kasus ini sering dijumpai pada pasien dewasa muda dan remaja. Padahal, kelompok usia tersebut sebetulnya tidak rentan terkena penyakit ganas atau berbahaya,” ujarnya.

Gejala Sarkoma

Sementara itu, ahli bedah ortopedi Parkway Hospital Leon Foo mengatakan gejala sarkoma yang timbul dapat berbeda-beda, tergantung dari bagian mana sarkoma tersebut berasal. Misalnya saja untuk sarkoma jaringan lunak di lengan atau kaki, gejala paling umum yang muncul adalah benjolan besar tanpa rasa sakit.

Benjolan tersebut bisa muncul di berbagai bagian tubuh anggota gerak, otot, dada dan bisa semakin membesar dan memunculkan rasa sakit disertai perubahan warna pada kulit.

Sementara itu, sarkoma yang tumbuh di tulang tangan atau kaki menyebabkan pasien mengeluhkan nyeri tulang, dan sakit di sekitar area tulang. Beberapa pasien mungkin mengalami retak tulang.

Gejala-gejala lainnya meliputi ruam gelap (angiosarcoma atau kanker pembuluh darah); batuk dan sesak napas jika sarkoma berkembang di area dada; serta kembung dan mudah merasa kenyang jika sarkoma berasal di bagian perut.

“Jika kita mengidentifikasi sarkoma pada tahap awal, ketika sel kanker masih terlokalisasi di satu area, tingkat kelangsungan hidup akan jauh lebih tinggi dibandingkan jika didiagnosis pada tahap akhir,” jelasnya.

Untuk mengobati sarkoma, cara yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan multidisiplin. Yaitu dengan menggunakan kemoterapi atau terapi radiasi untuk mengecilkan ukuran sarkoma, yang diikuti dengan operasi untuk mengangkat tumornya.

“Teknik ini memungkinkan kami untuk memperkecil efek samping, serta menyelamatkan lebih banyak jaringan dan fungsi tubuh,” ujarnya.

Bahkan, di beberapa negara, para dokter melakukan metode amputasi untuk menghilangkan sarkoma tulang dan sarkoma jaringan lunak. Namun, di Parkway Hospital sendiri saat ini lebih banyak melakukan operasi penyelamatan anggota gerak tubuh.

 

Penulis : Dewi Andriani
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro