Bisnis.com, JAKARTA--Angka kasus demam berdarah degue (DBD) pada awal tahun ini meningkat cukup tinggi.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, peningkatan yang cukup tinggi tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh perubahan cuaca yang drastis. Curah hujan pada awal tahun ini dinilai cukup tinggi dibandingkan awal tahun lalu.
"Tahun 2018 kita kemarau panjang. Tahun 2018 bulan yang sama, kita belum menemukan curah hujan sebanyak ini. Itu yang mempengaruhi peningkatan tadi," ujar Nadia di Kantor Kemenkes, Rabu (30/1/2019).
Dia menuturkan, percepatan perkembangbiakan nyamuk pembawa virus DBD, Aedes Aegypt, memang sangat dipengaruhi oleh musim. Di musim penghujan, kelembaban dan suhu sangat optimum bagi nyamuk sehingga umur rata-rata nyamuk lebih panjang.
Di sisi lain, sifat telur Aedes Aegypt yang bisa bertahan tanpa air selama kurang lebih 6 bulan.
"Selama 6 bulan kemarau, telur tidak menetas dan mengering. Begitu sedikit saja curah hujan tinggi, dalam 2 hari telur-telur yang kering tadi berubah jadi jentik-pupa-nyamuk dewasa. Itulah yang mempercepat peningkatan kasus pada awal-awal dari kemarau ke penghujan," kata Nadia.
Oleh karena itu, Nadia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, utamanya tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi, ember air, vas bunga, ban bekas, drum, dan lainnya. Pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Seluruh lapisan masyarakat diimbau senantiasa mencegah penyebaran DBD dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menggiatkan PSN minimal di lingkungan tempat tinggal masing-masing, tempat kerja, sekolah, dan tempat ibadah.
Data Kementerian Kesehatan hingga 29 Januari 2019, tercatat jumlah penderita DBD dari 34 provinsi di Indonesia mencapai 13,683 penderita. Dari jumlah tersebut sebanyak 132 kasus meninggal dunia. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Januari 2018 dengan jumlah penderita sebanyak 6.167 penderita dan jumlah kasus meninggal sebanyak 43 kasus.