Bisnis.com, JAKARTA--Rabies menyerang sistem saraf pada manusia dan hewan berdarah panas, seperti anjing, kucing, dan kera yang disebabkan oleh virus rabies. Virus ditularkan melalui air liur hewan penderita rabies melalui gigitan atau luka terbuka.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, virus rabies sulit dideteksi melalui pemeriksaan darah. Oleh karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk menghindari gigitan hewan pembawa rabies.
“Masyarakat harus waspada terhadap gigitan anjing gila karena virus rabies yang ditularkan berjalan melalui sistem saraf sehingga tidak terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mendiagnosa dini sebelum muncul gejala klinis rabies,” katanya melalui keterangan tertulis yang Bisnis.com terima, Selasa (5/3/2019).
Baca Juga LRT Jakarta Uji Coba Petang Ini. Gratis untuk Pengguna Jak Lingko Pulo Gadung - Pasar Senen |
---|
Gejala klinis akan muncul setelah virus rabies mencapai susunan saraf pusat dan menginfeksi seluruh neuron terutama di sel-sel limbik, hipotalamus, dan batang otak.
Penyakit rabies bersifat fatal. Nadia menuturkan apabila seseorang menderita rabies telah menunjukan tanda klinis, seperti gejala radang otak akut (encephalitis) yang diikuti hiperaktifitas, kejang, atau kelumpuhan (paresis/paralisis), dan terjadi koma, biasanya akan meninggal karena gagal pernafasan pada hari ke 7 – 10 sejak timbul gejala pertama (onset).
Sementara itu, tanda rabies pada hewan sangat bervariasi, antara lain adanya perubahan tingkah laku seperti mencari tempat yang dingin dan menyendiri, agresif atau menggigit benda-benda yang bergerak termasuk terhadap pemilik, pica (memakan benda-benda yang tidak seharusnya menjadi makanannya), hiperseksual, mengeluarkan air liur berlebihan, inkoordinasi, kejang-kejang, paralisis/lumpuh dan akan mati dalam waktu 14 hari. Namun umumnya hewan akan mati pada hari ke- 2-5 setelah tanda-tanda tersebut terlihat.
“Kasus rabies selalu berakhir dengan kematian baik pada hewan maupun manusia. Kondisi ini mengakibatkan timbulnya rasa takut dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat,” kata Nadia.
Nadia menegaskan masyarakat juga harus mengetahui cara penularan rabies. Ia menjelaskan rabies ditularkan melalui gigitan dan nongigitan, seperti goresan, cakaran atau jilatan pada kulit terbuka/ mukosa oleh hewan yang terinfeksi virus rabies.
Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh hewan dan manusia melalui kulit yang terbuka atau mukosa namun tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh. Kemudian virus rabies bereplikasi dan menjalar dari susunan syaraf perifer ke susunan syaraf pusat.
“Di sinilah pentingnya kewaspadaan kita terhadap anjing rabies atau hewan lain pembawa rabies. Karena rabies berdampak fatal pada manusia,” kata Nadia.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan mencatat hingga 2018 penyakit rabies masih menjadi endemis di 25 provinsi di Indonesia. Adapun baru-baru ini, Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies melanda Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).