Bisnis.com, JAKARTA - Berkembangnya budaya minum kopi di Indonesia berbading lurus dengan beragam inovasi yang dilahirkan oleh para peracik kopi atau barista.
Selain menyajikan berbagai menu dan temuan baru, perkembangan latte art atau seni menyajikan latte juga semakin menggema termasuk dalam bentuk tiga dimensi.
Seni latte terus menjadi daya tarik bagi penikmat kopi. Biasanya Barista memberikan tambahan latte bagi penikmat yang memesan kopi seperti cappucino atau macchiato.
Gambar yang diberikan juga bermacam, mulai dari gambar hati, pohon, atau bentuk hewan. Tidak jarang sebelum menyeruput kopi, konsumen mengabadikan hasil kreasi sang barista menghiasi laman media sosial mereka.
Siring dengan perkembangan seni latte di kalangan barista, hadir pula latte membentuk 3D. Seperti namanya, latte ini bukan sekadar gambar saja. Barista membuat seni latte tiga dimensi.
Jika pada latte biasa hanya kreasi garis-garis latte menyerupai gambar, maka pada 3D latte butuh banyak foam susu untuk membentuk gambar sesuai selera.
3D Latte Art sejatinya dapat diterapkan di rumah. Dengan pelbagai bahan yang dibutuhkan, setiap orang dengan kreatifitas sendiri dapat membuat bentukan unik nan penuh estetika sebagai daya tarik sebelum menyeruput kopi.
Konsultan Barista Tirta Adhiyatama berbagi tips untuk menyajikan kopi dengan 3D latte hasil kreatifitas pribadi. Bahan yang harus disiapkan seperti susu segar atau fresh milk, saus coklat dan peralatan seperti sendok beragam ukuran serta tusuk gigi.
Sebelum mengkreasikan latte di atas cangkir berisi kopi, terlebih dulu Anda perlu membuat foam susu atau milk froth. Bagi barista dengan mesin espresso, mereka biasanya memanfaatkan steam wand untuk membuat steaming milk. Susu segar diberi tekanan uap panas sehingga membentuk buih sebagai bahan latte.
Bagi penikmat kopi di rumah, Anda juga dapat membuat foam secara lebih sederhana, dengan menggunakan alat kocok telur atau mixer sederhana. Susu segar dikocok hingga menghasilkan buih dari lemak susu.
Pastikan suhu di ruangan tidak lembap. Hal ini akan mempengaruhi bentukan foam. Terlebih, susu segar tidak akan bertahan lama jika berada pada suhu di atas 30 derajat.
Setelah foam selesai, mengkreasikan latte pun dimulai. Saat workshop di Hiveworks Co-Work & Cafe yang difasilitasi Tropicana Slim akhir pekan lalu, Tirta mempraktekan cara membuat latte tiga dimensi.
Dia mengambil buih dengan satu sendok makan dan membentuknya bersama dengan sendok lain. Setelah dibentuk seperti bola atau bentuk yang diinginkan, kemudian ditaruh perlahan di atas cangkir.
Foam lainnya kemudian ditempatkan di atas buih pertama dengan ukuran hampir sama. Terakhir dua buih kecil di letakkan di pinggiran cangkir.
Selesai dengan itu, Tirta mulai membentuk garis-garis menggambar garis-garis mirip beruang dengan dua tangannya di pinggir cangkir. Saus coklat diambil dengan tusuk gigi.
Dari ujung tusuk gigi, coklat akan mewarnai foam putih. Kreatifitas akan diuji membentuk gambar yang diinginkan, menyesuaikan dengan tumpukan foam.
“Tahapan paling sulit adalah membentuk foam menjadi gambar yang kita inginkan. Biasanya 3D latte saya sajikan tanpa harus diminta oleh pelanggan, supaya mereka lebih surprise,” katanya.
Seni latte berbentuk 3D mulai berkembang sekitar 5 tahun lalu. Sejumlah negara seperti Jepang mulai mengenalkan 3D latte pada 2013. Gaya latte seperti ini mulai diperkenalkan pertama kali oleh artis jepang, Kasuki Yamamoto.
Dia membentuk berbagai 3D latte baik membentuk sebuah logo, binatang maupun orang.
Mulai dari Yamamoto kemudian tersebar luas di berbagai penjuru negeri termasuk Indonesia. Tirta mengakui seni penyajian latte secara dalam tiga dimensi memang belum setenar saat ini pada beberapa tahun lalu. Namun pada 2019 diperkirakan seni latte 3D terus berkembang di kalangan barista. Bukan tidak mungkin penikmat kopi di rumah dapat pula mencoba cara ini.
“Saya mencoba secara otodidak sejak 2013. Bagi penikmat kopi di rumah juga dapat menyajikannya termasuk di atas ice coffee,” ujarnya.