Bisnis.com, JAKARTA - Para perempuan, khususnya yang telah berusia paruh baya, selalu merisaukan tekstur wajah yang tak lagi kencang.
Kulit yang kendur atau keriput di sekitar area dahi, mata, pipi, mulut dan dagu dapat membuat perempuan tak lagi terlihat menarik. Oleh karena itu, tidak sedikit perempuan yang hilang kepercayaan diri saat usianya bertambah.
Salah satu perawatan yang digemari untuk membuat wajah kembali terasa lebih muda adalah operasi facelifting atau pengencangan kulit wajah. Namun operasi facelifting tidak dapat dilakukan secara sembarangan karena melibatkan tindakan serius seperti bius dan bedah. Selepas operasi, biasanya akan timbul efek memar dan bengkak yang baru akan mereda sekitar dua minggu pasca operasi.
“Dokter ahli bedah plastik akan memeriksa riwayat kesehatan pasien dan mendiskusikan prosedur operasi, proses pemulihan, sampai risiko yang mungkin timbul. Operasi ini biasanya dilakukan sebagai prosedur rawat jalan yang biasanya memakan waktu dua hingga lima jam, kemudian pasien bisa langsung pulang pada hari yang sama,” ujar Medical and Training Manager ZAP Clinic dr. Adinda Fitriningtias.
Operasi facelifting dapat menimbulkan efek samping dalam taraf sedang hingga serius. Misalnya yang terjadi dengan Ratna Sarumpaet, di mana matanya bengkaknya usai menjalani operasi facelifting konvensional. Resiko facelift lainnya adalah rambut rontok, nekrosis atau kematian jaringan kulit, timbulnya hematoma (penggumpalan darah) di bawah jaringan kulit, hingga cedera saraf yang dapat mengakibatkan kelumpuhan sementara.
Calon pasien operasi facelifting harus mendapatkan penanganan dari tenaga profesional. Jangan sampai justru terjadi malpraktik, seperti yang dialami seorang perempuan pasien operasi facelift di Michigan, Amerika Serikat pada November 2013, di mana ia menderita memar, pembengkakan, penipisan kulit dan kematian kulit di area sekitar mulut. Ternyata kulit sekitar bibir perempuan tersebut ditipiskan secara berlebihan dan dijahit terlalu erat sehingga mencederai aliran darah.
Salah satu metode facelifting yang minim efek samping menurutnya ditawarkan oleh ZAP Clinic. ZAP Lifting menggunakan teknologi HIFU (High Intensity Focused Ultrasound) tanpa membedah kulit wajah pasien. Perawatan ZAP Lifting akan menstimulasi produksi kolagen di lapisan kulit dalam atau dermis sehingga kulit wajah dapat terasa lebih kencang.
“ZAP Lifting menggunakan teknologi medis berbasis gelombang suara berintensitas tinggi untuk mengencangkan kulit wajah & menstimulasi produksi kolagen di lapisan kulit dalam. Setelah konsultasi, dokter akan membersihkan dan menggambar pola area di wajah. Kemudian wajah pasien akan diolesi gel, lalu di-treatment dengan laser HIFU. Setelah treatment, pasien dapat langsung pulang dan melakukan aktivitas seperti biasa,” jelas dr. Adinda Fitriningtias selaku Medical and Training Manager ZAP Clinic.
Tidak hanya perempuan paruh baya, perempuan muda yang memiliki masalah pipi chubby, double chin, atau lipatan smile lines juga dapat menjalani perawatan ZAP Lifting. Area yang dapat disasar oleh perawatan ZAP Lifting adalah dahi, dagu dan pipi. Seiring dengan mengencangnya kulit area pipi dan dagu, wajah dapat terlihat lebih tirus layaknya artis-artis Korea.
Temuan ZAP Beauty Index menunjukkan bahwa saat ini mengencangkan dan meniruskan wajah menjadi salah satu di antara sepuluh perawatan yang diutamakan oleh para perempuan. Hal ini berbeda dengan lima tahun lalu, ketika perawatan mengencangkan dan meniruskan sama sekali tidak menjadi prioritas perawatan kecantikan bagi perempuan Indonesia.