Bisnis.com, JAKARTA – Peralatan pelacak kesehatan atau kebugaran (fitness tracker) belakangan ini menjadi tren di banyak kalangan masyarakat. Alat tersebut diharapkan bisa memberikan gambaran umum mengenai berbagai hal terkait kesehatan penggunanya.
Akan tetapi, tahukan anda ternyata alat pelacak kesehatan tersebut tidak secara akurat menggambarkan apa yang terjadi pada tubuh?
Seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (8/6/2019) serangkaian studi menunjukkan bahwa Fitbit – salah satu merek dari fitness tracker – memiliki margin eror sekitar 27 persen ketika menghitung kalori yang terbakar selama latihan dan sepanjang hari penggunaan.
Studi tersebut juga menyatakan bahwa sebagian besar alat pelacak kebugaran termasuk Apple Watch, Samsung Gear S2, dan Microsoft Band mendapatkan skor yang buruk dengan tingkat kesalahan penghitungan kalori mencapai 25 persen.
Karena penyelarasan kalori yang dikonsumsi dan kalori yang dibakar tubuh sangat penting untuk manajemen berat badan dan kebugaran tubuh, pengguna hanya disarankan menggunakan Fitbit atau perangkat sejenis lainnya sebagai titik referensi untuk kalori yang dibakar, bukan sebagai meteran yang akurat.
Oleh sebab itu, apabila Anda merupakan orang yang sangat mementingkan atau bergantung dengan perhitungan kalori dalam tubuh, tetap disarankan untuk merujuk kepada dokter terkait.
Akan tetapi, tentu muncul pertanyaan bagaimana caranya alat pelacak kesehatan atau kebugaran menghitung kalori yang terbakar dalam tubuh penggunanya?
Jawabannya adalah melalui penggunaan informasi spesifik tentang pengguna dan perhitungan umum yang dimasukkan dalam algoritma tertentu, termasuk perhitungan tentang bagaimana manusia membakar kalori.
Seperti yang telah diketahui, ketika awal menggunakan alat pelacak kesehatan pengguna akan diminta mengisi beberapa informasi spesifik seperti usia, berat bada, tinggi badan, dan jenis kelamin. Data ini yang digunakan untuk menetapkan tingkat metabolisme basal. Laju metabolisme basal (basal metabolic rate, BMR) dikembangkan sebagai perbandingan antara kecepatan metabolisme dengan, awalnya, sebuah konteks klinis untuk menentukan status tiroid.
Selanjutnya dikombinasikan dengan peningkatan denyut jantung atau gerak yang dilakukan oleh pengguna. Akan tetapi, detak jantung yang tidak beraturan bisa saja terjadi karena stress bukan berolahraga. Begitu pula dengan gerakan yang dapat terjadi bukan karena penggunanya benar-benar bergerak.
Oleh sebab itu, penggunaan alat pelacak kebugaran tidak menghitung secara akurat data tentang tubuh pengguna. Akan tetapi, hal ini bukan menjadi alasan untuk tidak menggunakannya lagi karena bisa dijadikan sebagai referensi yang sangat membantu bagi kesehatan.