Entertainment

Membawa Jiwa Musik Klasik ke Indonesia

Dewi Andriani
Selasa, 5 November 2019 - 23:59
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Berabad tahun yang lalu, tepatnya di tahun 1717 composer musik klasik legendaris asal Jerman, Johann Sebastian Bach, menciptakan karya fenomenal yang dikhususkan untuk instrument cello, The Six Bach Cello Suites.

Uniknya, The Six Bach Cello Suites yang terdiri dari 6 suite ini hanya dirancang untuk pemain tunggal tanpa iringan. Meski demikian, Bach mampu menciptakan false bass line yang dapat menghasilkan efek full string quartethanya dengan satu instrument music saja, yaitu cello.

Kini, setelah lebih dari 300 tahun lamanya, masterpiece J. B. Bach Six Suites for Unaccompanied Cello dibawa oleh pemain cello terbaik dunia Yo-Yo Ma dalam konser music klasik Yo-Yo Ma’s Bach Project pada 6 Desember 2019 di Jakarta International Theater.

Konser ini merupakan bagian dari tur global 2 tahun yang dilakukan oleh Yo-Yo Ma. Pemain Cello berusia 64 tahun ini tampil di 36 lokasi ikonik di seluruh dunia yang melambangkan warisan budaya, kreativitas, perdamaian, dan pemahaman yang membentuk masa depan.

Indonesia, merupakan negara ke-25 dan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang dikunjungi peraih penghargaan the Polar Music Prize ini. Project ini dipromotori oleh Shoemaker Studios bekerjasama dengan Golmpact yang didukung sepenuhnya oleh Jakarta International Theater.

Prajna Murdaya, Founding Partner of Shoemaker Studios mengatakan keinginan Yo-Yo Ma memilih Indonesia karena dia melihat Indonesia memiliki keekatan dengan music klasik. Berangkat dari pengalamannya di waktu kecil yang pernah melihat video pemain gamelan di Paris pada tahun 1980-an, alunan dan komposisi tersebut kemudian memberi inspirasi bagi permainan music klasiknya.

 “Yo-Yo Ma pemain music klasik yang sangat luas pandangannya dan mengerti sejarah music klasik. Musik-musik tradisional dan budaya Indonesia ini ternyata cukup memberi pengaruh bagi perkembangan music klasik,” tuturnya.

Usia melakukan konser tunggal pada 6 Desember, Yo-Yo Ma rencananya akan mengadakan kegiatan khusus bertajuk Day of Action pada 7 Desember 2019 yang diisi dengan dialog, kolaborasi, dan pertunjukan seni bersama pelaku seni, budayawan, dan komunitas setempat.

Tanpa Microphone

Dalam pertunjukan konser selama lebih dari 2 jam ini, Yo-Yo Ma tidak menggunakan microphone sehingga kemurnian suara yang dihasilkan dari penampilannya saat memainkan music klasik dapat dirasakan merata oleh seluruh penonton.

“Dengan kemurnian yang ditampilkan dari music klasik tersebut, kami berharap para penonton dapat menikmati setiap alunan music sehingga dapat menyatu dalam harmoni dan merasakan emosi yang ingin disampaikan oleh Yo-Yo Ma melalui musik dari Bach,” terangnya.

Musik hasil karya Bach ini sangat kental dengan unsur kemanusiaan yang secara teknis sudah sangat tua dan sulit untuk dimainkan. Hanya pemusik yang benar-benar matang dan piawai yang dapat menyampaikan dan mengintepretasikan pesan tersebut melalui alunan musiknya.

“Inilah kesempatan kita untuk menyaksikan pemain cello terbaik dunia memainkan music klasik yang sangat signifikan dengan venue yang mendukung sehingga tidak perlu ke luar negeri untuk menikmati konser music klasik kelas dunia,” ujarnya.

Untuk mendukung konser music klasik dari salah satu maestro terbaik dunia dan baru pertama kali diadakan di Indonesia, Yo-Yo Ma’s Bach Project memilih Jakarta International Theater karena memiliki fasilitas akustik luar biasa dan bertaraf internasional.

General Manager Jakarta International Theater Bernard Grover mengaku sangat bangga dapat menjadi bagian dari Yo-Yo Ma’s Bach Project yang diklaim akan menjadi konser klasik terbaik yang pertama kali diadakan di Indonesia.

Bernard mengatakan bahwa teater ini memiliki fasilitas akustik dan peralatan kualitas internasional sehingga sangat ideal untuk konser klasik kelas dunia. Adapun total kapasitasnya adalah 2.500 temoat duduk dengan 3 tingkat area menonton dan seluruhnya memiliki sudut pandag tak terhalang.

 “Khusus untuk pertunjukkan Yo-Yo Ma kami akan menggunakan Meyer Constellation System untuk amplifikasi pasif sehingga suaranya lebih murni dan emosi yang dihadirkan dapat dirasakan secara menyeluruh oleh penonton,” terangnya.

Sementara itu, Harmoko Aguswan, Founding Partner of Shoemaker Studios berharap konser ini dapat menggerakkan industri music klasik di Indonesia. Apalagi dengan adanya venue kelas dunia yang sangat mendukung pertunjukkan music klasik, dia berharap akan semakin banyak pemain music klasik internasional yang tampil di Indonesia.

“Setelah Yo-Yo Ma hadir di Indonesia, kami yakin semua pemain klasik kelas dunia bisa main ke sini didukung oleh venue yang memiliki fasilitas akustik internasional karena selama ini belum ada tempat di Indonesia yang bisa membuat seluruh penonton mendengarkan musik secara merata ketika tidak menggunakan microphone,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dewi Andriani
Editor : Akhirul Anwar
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro