Bisnis.com, JAKARTA – World Health Organization (WHO) bersama dengan berbagai pihak terkait tengah melakukan uji coba obat-obatan untuk pasien yang terinfeksi virus corona baru, atau yang saat ini dikenal dengan Covid-19.
Dilansir dari The Guardian, Jumat (21/2), badan kesehatan dunia itu mempercepat rekomendasi dua uji coba obat. Pertama, pasien diberikan Kaletra yang merupakan pengobatan bagi penyandang HIV/AIDS.
Obat tersebut merupakan kombinasi dari dua antiretroviral yakni lopinavir dan ritonavir. Ada sekitar 200 orang terinfeksi virus corona baru yang diberikan obat ini. Para ilmuwan saat ini sedang menunggu hasil dari uji coba tersebut.
Kedua, obat yang dilakukan uji coba adalah remdesivir yang digunakan selama peristiwa wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo pada 2018 lalu, tetapi tidak efektif untuk menghadapi virus tersebut.
Percobaan remdesivir anyar terhadap virus corona baru ini akan menjadi standar emas dalam menyelidiki seberapa baik kinerja obat terhadap pasien dengan tingkat infeksi sedang dan berat.
Direkrut Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa akan ada hasil awal dalam kurun waktu 3 minggu setelah uji coba dilakukan. Obat-obatan yang dipilih juga telah diprioritaskan oleh para ahli penelitian dan pengembangan organisasi.
Dia menambahkan, para pekerja garis depan saat ini sedang mendiskusikan tentang kemanjuran dari berbagai perawatan pasien Covid-19. Hal ini menjadi penting untuk mediagnosis orang dengan cepat sehingga bisa dilakukan pencegahan dan pengobatan lebih awal.
Tim tersebut, terdiri dari para ahli berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (kendati hubungan dagang keduanya sedang memanas), Jerman, Jepang, Nigeria, Rusia, Korea Selatan, dan Singapura.
Tedros mengatakan bahwa timnya akan terus maju dengan vaksin yang terus dikembangkan dalam jangka panjang. Dia memperkirakan pengembangan tersebut membutuhkan waktu setidaknya 18 bulan ke depan.
Hingga saat ini, ada lebih dari 70.000 orang yang dikonfirmasi terinfeksi virus corona baru di China dan lebih dari 2.000 di antaranya telah meninggal dunia. Sementara di luar China, WHO menyebut ada sekitar 176 kasus di 26 negara dengan 7 kematian yang terkonfirmasi.
Direktur Jenderal WHO itu juga mendesak masyarakat internasional untuk turut serta berjuang melawan penyakit baru tersebut.
“Karena tindakan serius yang diambil China, jumlah kasus di seluruh dunia menjadi kecil. Tetapi itu tidak berarti bahwa sejumlah kasus kecil di seluruh dunia akan tetap sama untuk waktu yang lama,” tandasnya.