Bisnis.com, JAKARTA - Kemampuan obat herbal untuk melawan virus corona atau COVID - 19 diragukan.
Peneliti di Klaster Bioinformatika Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Rafika Indah Paramita mengatakan obat herbal tidak bisa digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2.
"Untuk senyawa herbal tidak bisa terapi pengobatan apa pun, hanya membantu saja," ujar Rafika yang juga dosen di Departemen Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran UI usai konferensi pers tentang virus corona di Gedung Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, Jumat (14/3/2020).
Rafika menyebutkan yang bisa memberi klaim mengobati dan menyembuhkan penyakit hanya obat kimia, yakni obat tunggal yang sudah uji klinis. Sementara, obat herbal terdiri dari banyak komponen sehingga berperan hanya untuk pendukung saja dalam penanganan kesehatan masyarakat.
"Untuk obat herbal sebenarnya tidak bisa diklaim untuk menyembuhkan atau mengobati," ujar Rafika.
Sebelumnya, jambu biji mengandung senyawa kandidat potensial yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menciptakan obat yang dapat menghambat dan mencegah virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 penyebab penyakit virus corona menginfeksi manusia, demikian hasil penelitian UI dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Beberapa golongan senyawa yang berpotensi untuk menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2 untuk menginfeksi manusia antara lain hesperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin dan myricetin yang terkandung dalam jambu biji dengan daging buah merah muda, kulit jeruk, dan daun kelor.
Sejumlah kajian menunjukkan jambu biji (Psidium guajava) dengan daging buah warna merah muda memiliki kandungan senyawa yakni myricetin, kuersetin, luteolin, kaempferol dan hesperidin.
"Saya tidak menyebutkan itu (jambu biji) sebagai terapi (pengobatan virus corona) karena masih membutuhkan penelitian lebih lanjut," tambah Rafika yang juga bagian dari tim peneliti senyawa kandidat potensial untuk mencegah virus SARS-CoV-2 menginfeksi manusia itu.