Health

Sepertiga dari Kasus Virus Corona Mungkin Tidak Menunjukkan Gejala

Nirmala Aninda
Senin, 23 Maret 2020 - 12:36
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Para ilmuwan menyerukan penelitian mendesak untuk menentukan proporsi orang dengan diagnosis positif corona dengan gejala tertunda atau sama sekali tidak ada gejala, di tengah kekhawatiran bahwa jumlah pembawa 'silent' mungkin lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sebanyak sepertiga dari orang-orang yang terdiagnosis positif virus corona menunjukkan gejala yang tertunda atau tidak ada gejala sama sekali.

Artikel South China Morning Post pada Minggu (22/3), mengutip data rahasian dari pemerintah China tersebut menunjukkan tingginya jumlah kasus tanpa gejala dapat mempersulit upaya untuk menghentikan penyebaran pandemi ini karena ada banyak negara yang tidak melakukan tes kecuali seseorang sakit parah.

Sebuah laporan oleh misi gabungan Organisasi Kesehatan Dunia dan China bulan lalu menggambarkan infeksi seperti itu relatif jarang terjadi dan tidak tampak sebagai pendorong utama penularan.

“Semakin jelas bahwa penyebaran Covid-19 oleh orang-orang yang tidak menunjukkan gejala atau sedikit gejala mungkin bertanggung jawab terhadap lebih banyak penularan dari yang diperkirakan sebelumnya, membuat pengendalian virus lebih sulit,” kata Scott Gottlieb, mantan kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS, mengatakan dalam sebuah posting Twitter awal bulan ini, dikutip melalui Bloomberg, Senin (23/3/2020).

Di Korea Selatan, lebih dari 20 persen kasus tanpa gejala yang dilaporkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea tidak mengalami gejala selama rawat inap.

Jeong Eun-Kyeong, Direktur CDC Korea Selatan, mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa hal ini mungkin mencerminkan pengujian ekstensif yang telah dilakukan negara itu.

Beberapa makalah penelitian telah mengindikasikan potensi penyebaran virus corona di antara masyarakat bahkan sebelum mereka menunjukkan gejala demam, batuk dan kelelahan yang khas yang terkait dengan penyakit paru Covid-19.

Dokter di China menemukan dalam penelitian terhadap 18 pasien Covid-19 yang dimonitor selama berpekan-pekan bahwa konsentrasi tertinggi, atau viral load, terdeteksi pada pasien terjadi segera setelah mereka menunjukkan gejala,

Penelitian yang diterbitkan Kamis (19/3), pada New England Journal of Medicine, menemukan peluruhan materi genetik virus menyerupai pasien flu, tetapi berbeda dari yang terlihat 17 tahun lalu pada pasien dengan sindrom pernapasan akut, atau SARS.

Sementara itu di Jepang, para peneliti menemukan bahwa waktu yang diperlukan bagi orang yang baru terinfeksi untuk menularkan infeksi ke orang lain adalah sekitar 4,6 hari, sekitar satu hari lebih pendek dari periode median inkubasi.

“Ini menunjukkan bahwa proporsi substansial dari penularan sekunder dapat terjadi sebelum timbulnya penyakit,” tulis Hiroshi Nishiura dan rekannya di Sekolah Pascasarjana Kedokteran Universitas Hokkaido dalam makalah yang diterbitkan dalam International Journal of Infectious Diseases.

Para peneliti dari Columbia University melaporkan dalam jurnal Science pekan lalu bahwa sekitar 86% dari semua infeksi Covid-19 tidak terdokumentasi sebelum penerapan pembatasan perjalanan pada 23 Januari 2020 dan tindakan pengendalian lain di China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro