Bisnis.com, JAKARTA – Indonesian Young Scientist Forum mengatakan pentingnya pengaturan mekanisme kerja bagi tenaga medis untuk mengurangi beban rumah sakit melalui wireless hospital.
Berry Juliandi, anggota Indonesian Young Scientists dari Institut Pertanian Bogor mengatakan pemerintah perlu mengatur desentralisasi perawatan untuk meringankan beban rumah sakit. Salah satunya dengan Wireless Hospital Center Covid-19 yang berbasis video call.
“Nanti Staff adalah Dokter umum atau surveilans dikomandani dokter paru untuk bisa memberikan instruksi ke pasien,” ujar Berry dikutip dari laporannya, Senin (23/3/2020).
Dia memerinci ada sejumlah alur kerja yang bisa dikerjakan melalui Wireless Hospital. Alur kerja ini adalah hasil pemikiran dr. Andika Chandra Putra, PhD SpP(K), Koordinator Medis, Spesialis Paru dan Respirasi RSUP Persahabatan, Pusat Rujukan Respirasi Nasional.
Pertama, pasiden menghubungi call center. Kedua, Center merespon dengan video call. Ketiga, Pasien diajari untuk memeriksa tanda-tanda vital, suhu dan keluhan respirasi. Ketempat, Tujuannya, pasien merasa terpantau dan diperhatikan sehingga sadar untuk melakukan karantina mandiri.
Kelima, obat-obatan juga bisa dikirimkan apabila diperlukan. Dengan demikian pasien tetap di rumah, tidak kemana-mana, tidak menulari yang lain, dan otomatis kata Berry tidak membebani rumah sakit.
Bisnis mencatat, salah satu pemerintah provinsi yang sudah mencoba menerapkan wireless hospital adalah Pemprov Jawa Timur. Tak meluncurkan website data sebaran pasien dan lokasi pasien, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memilih meluncurkan platform pengecekan Covid-19 seperti Halodoc ataupun Alodokter, khusus bagi masyarakat Jawa Timur.
Oleh sebab itu, bagi masyarakat yang ingin melakukan self check up untuk deteksi Covid-19 bisa mengakses di laman: checkupcovid19.jatimpemprov.go.id. Melalui langkah ini diyakini bisa mengurangi potensi masyarakat pergi ke dokter.