Bisnis.com, JAKARTA - Tahun ini, Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas mendapatkan tantangan baru karena peraturan belajar dari rumah.
Para Guru pun memanfaatkan teknologi untuk terus berjuang mencerdaskan para penerus bangsa.
Simak pengalaman tiga orang guru, Erna, Ahmad dan Irma dalam melakukan pembelajaran jarak jauh selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berlangsung :
1. Nur Ernawati
Nur Ernawati atau akrab disapa Erna, seorang guru pelajaran Informatika di SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta, berbagi pengalamannya dalam melakukan pembelajaran jarak jauh selama masa PSBB berlangsung.
Erna telah mengajar sejak tahun 2004 dan pada tahun ajaran ini beliau mengemban tugas untuk mencerdaskan 435 siswa. Bagi Erna, menjadi seorang guru adalah sebuah panggilan hati dan tugas yang sangat mulia. Melalui profesi ini, ia bisa mempelajari hal-hal baru dan menyalurkan kesenangannya dengan berbagi ilmu kepada anak-anak.
Erna juga merupakan salah satu peserta Bebras Indonesia, organisasi edukasi non profit yang aktif memperkenalkan computational thinking. Google.org telah mengumumkan bantuan sebesar 1 juta USD bagi Bebras Indonesia untuk membantu pelaksanaan pelatihan keahlian berpikir komputasional bagi 22.000 guru di 22 kota kecil dan besar melalui program Gerakan Pandai.
Saat ini, program Gerakan Pandai sedang mempersiapkan pelatihan untuk instruktur nasional secara virtual, yang akan dilanjutkan dengan pelatihan untuk guru inti. Selama 16 tahun mengajar, Erna lebih sering menyampaikan materi ajarnya melalui kelas tatap muka. Namun, tahun ini Erna dan guru lainnya di SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta menghadapi tantangan untuk selalu menyampaikan pelajaran secara virtual selama pembelajaran jarak jauh berlangsung sejak tanggal 16 Maret 2020. Untuk melancarkan proses ini, sekolah menentukan jadwal pelajaran yang terdiri dari tiga mata pelajaran per hari.
Selama pembelajaran jarak jauh berlangsung, guru tetap memberikan pendampingan kepada siswa dan berkolaborasi dengan orang tua siswa untuk memastikan proses pembelajaran berlangsung produktif. Di sisi lain, sebagian besar siswa maupun orang tua siswa tidak siap dengan kondisi ini dan terbatasnya ketersediaan teknologi yang diperlukan menjadi tantangan bagi para guru. Kejenuhan siswa selama mengikuti pembelajaran jarak jauh juga mendorong para guru untuk memberikan materi pelajaran yang interaktif agar siswa tetap semangat dan tertarik dalam belajar.
Selama masa PSBB, Erna mengandalkan teknologi digital dalam mengajar. Kelas tatap muka dialihkan menjadi kelas virtual dengan melakukan konferensi video. Erna juga sudah mulai memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia dalam situs Mengajar dari Rumah. Erna mengandalkan Google Classroom untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa selama kegiatan pembelajaran dan menggunakan Google Formulir untuk memberikan kuis dan penilaian kepada siswa.
Erna beserta rekan guru lainnya menggunakan Google Dokumen untuk berkolaborasi secara langsung dalam menyiapkan materi pelajaran yang digunakan selama masa PSBB. Sementara untuk berbagi materi pelajaran dengan rekan guru dan siswa maupun mengumpulkan tugas dari siswa, Erna mengandalkan Google Drive. Erna dan siswanya juga menggunakan fitur Ketik dengan Suara untuk memasukkan, mengedit, atau memformat teks di Dokumen dan Slides tanpa memerlukan keyboard.
“Sebagai guru pelajaran Informatika, saya sudah dekat dan akrab dengan teknologi-teknologi ini. Kini giliran saya untuk berperan lebih dalam mengakrabkan siswa, orangtua siswa, dan juga rekan guru lainnya dengan teknologi ini agar seluruh elemen dapat mengakses pendidikan dengan mudah meskipun terbatas oleh jarak,” ujar Erna.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini memberi warna yang berbeda bagi Erna, rekan guru lainnya, para siswa, hingga orangtua siswa. Perubahan mendadak yang menuntut seluruh elemen pendidikan melek teknologi demi berlangsungnya efektivitas dan produktivitas proses pembelajaran diharapkan Erna bisa menjadi momen untuk semakin mendekatkan seluruh elemen pendidikan dengan beragam teknologi yang dapat memajukan pendidikan indonesia.
2. Ahmad Apriyanto
Ahmad Apriyanto atau biasa di sapa Apriyan, yang lahir 27 tahun lalu ini memantapkan hati menjadi guru karena masa kecilnya. Seperti kebanyakan anak-anak, masa kecil Apriyan diisi dengan bermain. Salah satu dari sekian banyak permainan yang dipilihnya adalah bermain peran sebagai guru, sedangkan teman-teman sekitar rumahnya kala itu berperan sebagai siswa. Rasa senang bisa berbagi ilmu kepada orang lain mulai tumbuh dalam dirinya sejak kecil dan semakin berkembang seiring berjalannya waktu.
Saat mulai diterapkannya sekolah dari rumah oleh pemerintah, Apriyan yang sudah 2 tahun mengajar di Sekolah Cikal Setu bahu membahu bersama guru dan kepala sekolah merancang sistem yang tepat agar siswanya dapat belajar secara efektif dari rumah. Pukul 08.45 biasanya Apriyan memulai aktivitasnya bersama siswa kelas 6 Sekolah Cita Setu. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan online meeting menggunakan Google Meet bersama wali kelas.
Tantangan yang biasa dihadapi oleh Apriyan dan siswa nya saat belajar dari rumah misalnya permasalahan teknis seperti koneksi internet, pemadaman listrik, gangguan pada laptop yang digunakan atau terkadang beberapa siswa mengalami masalah saat mengakses link pembelajaran.
Tak hanya itu saja, time management siswa yang menyebabkan menumpuknya tugas menjadi tantangan tersendiri. Peran guru dan orang tua dalam mengarahkan anaknya belajar dari rumah menjadi penting untuk membantu mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
“Kami sebagai guru, rutin membagikan informasi termasuk apabila ada kendala dalam mata pelajaran kepada orang tua siswa melalui chat grup dan email” ungkap Apriyan.
“Metode mengajar yang saya terapkan pastinya berbeda-beda agar anak tidak bosan dengan cara saya menyampaikan materi. Ada kalanya saya menjelaskan materi lalu meminta siswa latihan soal dengan memanfaatkan Google Classroom. Ada juga ketika mereka harus bekerja kelompok. Ada kalanya mereka membuat proyek. Ada juga ketika saya minta mereka belajar dari video atau website-website. Sesekali saya juga mengajak anak-anak bermain game” terang Apriyan.
Algebra tingkat pemula dipelajari oleh siswa kelas 6 SD. Jika siswa belum mengetahui cara menuliskan aljabar di Google Dokumen, Apriyan akan langsung berkolaborasi dengan anak secara real time di dokumen tersebut. Sehingga ia dapat langsung mencontohkan bagaimana menulis aljabar di Google Docs.
“Mengumpulkan tugas menjadi pilihan siswa. Apabila lebih suka menulis di buku, maka kami perbolehkan menulis dan menggungah foto hasil pekerjannya. Namun jika mereka lebih menyukai Google Docs maka mereka dapat langsung bekerja di Google Docs tersebut” ujar Apriyan.
Apriyan juga aktif mengikuti kegiatan di komunitas Google Educators Group (GEG) Jakarta Barat. Melalui GEG, Ia banyak belajar tentang pemanfaatan beragam tools dari Google untuk pendidikan. Ia salurkan pula keinginan tersebut melalui Indonesia Edu Webinars. Melalui Indonesia Edu Webinars ia biasa membagikan pengalaman dan pengetahuannya kepada guru-guru dari berbagai daerah dalam membuat ujian bagi siswa dengan Google Forms dan membuat portofolio dengan Google Slides.
Apriyan selalu berkomitmen untuk mewujudkan kontribusi nyata bagi pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia yang berjasa memperjuangkan nasionalisme Indonesia lewat pendidikan, menjadi inspirasinya untuk turut mencerdaskan anak Indonesia melalui pendidikan formal.
3. Irma Nurul Fatimah
Guru seni rupa di SMP Lazuardi Al-Falah GIS, Depok, anggota Google Educator Group (GEG) dan juga penulis tiga buku tentang seni rupa ini.
Wanita berusia 39 tahun ini telah berpengalaman mengajar selama tujuh tahun, dan biasanya ia mengajar hingga 51 siswa setiap harinya. Awalnya, Irma merasa tidak percaya diri mengajar karena suaranya pelan, selain itu Irma juga bukan lulusan pendidikan, melainkan Sarjana Teknik. Selain itu, tantangan lain yang Irma hadapi adalah bagaimana membuat muridnya yang tergolong remaja untuk tertarik dengan materi dan mau mengeksplorasinya lebih dalam.
Sejak pertengahan Maret, proses belajar-mengajar di SMP Lazuardi Al-Falah GIS telah sepenuhnya dilakukan di rumah. Suasana pembelajaran dibuat tidak kaku, dengan durasi dari pukul 08.00 hingga 11.30 siang, diantaranya diberi jeda 30 menit sehingga murid punya waktu mengerjakan projek. Dikarenakan seni rupa adalah ilmu yang memerlukan banyak visual, Irma perlu memaksimalkan teknologi agar para muridnya bisa tetap menerima ilmu sebaik mengajar tatap muka langsung.
Situs Mengajar dari Rumah sangat berguna bagi proses mengajar lulusan Teknik Arsitektur ITS ini. Dengan banyaknya informasi mengenai apa saja teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk mengajar dari rumah, Irma pun memilih aplikasi yang paling sesuai untuk mata pelajaran seni rupa. Biasanya Irma mengirimkan video tutorial menggunakan Google Classroom, atau praktik bersama melalui Google Meet.
Untungnya, proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi sudah diterapkan sejak tahun 2017 di SMP Lazuardi Al-Falah GIS. Tidak hanya murid yang di training untuk memanfaatkan produk Google, tapi juga orang tua murid. Jadi sebelum adanya peraturan belajar dari rumah, para siswa sudah biasa mengirimkan tugas menggunakan Google Classroom, dan video conference di Google Meet. Begitu juga para orang tua yang terbiasa mendapatkan laporan nilai anaknya melalui fitur report to guardian di Google Classroom. Menurutnya, langkah ini sangat efektif karena saya bisa memantau penugasan sekaligus berkomunikasi langsung dalam satu wadah yang sama.
Komitmen Irma untuk terus mencerdaskan penerus bangsa diperdalam dengan tidak hanya mengajar di institusi, tapi juga memutuskan tergabung dalam Indonesia Edu Webinars, disini Irma melakukan webinar secara online dan gratis untuk membantu guru dan orang tua menerapkan strategi pembelajaran jarak jauh melalui G Suite for Education, Irma juga tergabung dalam Google Educator Group - Asia Pasific.