Calon vaksin virus Corona (Covid-19)./Shutterstock
Health

China dan Perlombaan Vaksin Virus Corona Baru

Syaiful Millah
Rabu, 16 September 2020 - 15:13
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – China dilaporkan telah menginokulasi puluhan ribu warganya dengan vaksin virus corona eksperimental dan menarik minat internasional karenanya. Hal ini dilakukan kendati para ahli mengkhawatirkan keamanan obat yang belum menyelesaikan pengujian standar.

Dilansir dari Strait Times, Rabu (16/9) China meluncurkan program penggunaan darurat vaksin pada Juli, menawarkan tiga suntikan eksperimental yang dikembangkan oleh raksasa farmasi negara China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) dan Sinovac Biotech yang terdaftar di AS.

Vaksin Covid-19 keempat yang sedang dikembangkan oleh CanSino Biologics telah disetujui untuk digunakan oleh militer China pada bulan Juni.

Bertujuan untuk melindungi pekerja penting dan mengurangi kemungkinan gelombang wabah lanjutan, vaksin juga menarik perhatian global oleh pemerintah negara masing-masing untuk mengamankan pasokan, yang berpotensi membantu mengubah peran China dalam pandemi.

Beijing belum merilis data resmi tentang serapan di kelompok sasaran domestik, yang meliputi pekerja medis, transportasi dan pasar makanan.

Tetapi China National Biotech Group (CNBG), unit Sinopharm yang mengembangkan dua vaksin untuk penggunaan darurat, dan Sinovac telah mengkonfirmasi bahwa setidaknya puluhan ribu orang telah diinokulasi.

Selain itu, CNBG mengatakan telah memberikan ratusan ribu dosis; salah satu vaksinnya mengharuskan seseorang menerima dua atau tiga suntikan untuk diinokulasi. Beijing telah menggunakan pendekatan publik berbasis top down untuk mendukung vaksin eksperimental dan mendorong dukungan warganya.

Kepala ahli biosafety di Center for Diseases Control and Prevention (CDC) China mengungkapkan minggu ini bahwa dia juga telah disuntik pada bulan April lalu, ketika dia mengumumkan potensi bahwa setidaknya beberapa vaksin akan siap untuk digunakan publik pada awal November.

"Sejauh ini, di antara orang-orang yang divaksinasi, tidak ada yang sakit dengan penyakit tersebut. Sejauh ini, [skema vaksinasi] bekerja dengan sangat baik. Tidak ada efek samping yang terjadi,” kata Guizhen Wu di TV pemerintah

Komentar Dr Wu secara luas sejalan dengan komentar CNBG minggu lalu bahwa tidak ada dari puluhan ribu orang yang bepergian ke negara dan wilayah berisiko tinggi setelah divaksinasi telah terinfeksi, dan tidak ada kasus reaksi merugikan yang dilaporkan.

Persoalan Keselamatan

Pendekatan China bertentangan dengan banyak negara Barat, di mana para ahli telah memperingatkan agar tidak mengizinkan penggunaan darurat vaksin yang belum menyelesaikan pengujian, dengan alasan kurangnya pemahaman tentang kemanjuran jangka panjang dan potensi efek samping.

Anna Durbin, seorang peneliti vaksin di Universitas Johns Hopkins, menyebut program penggunaan darurat China sangat bermasalah. Dia mengatakan tidak mungkin untuk menilai kemanjuran tanpa kelompok kontrol standar uji klinis.

"Anda memvaksinasi orang dan Anda tidak tahu apakah itu akan melindungi mereka," kata Dr. Durbin kepada Reuters. Dia menambahkan penerima vaksin eksperimental dapat menghindari tindakan perlindungan lainnya.

Keamanan vaksin menjadi fokus tajam minggu lalu ketika AstraZeneca Plc menghentikan uji klinis tahap akhir dari vaksin Covid-19. Vaksin yang dikembangkan oleh Oxford-AstraZeneca merupakan salah satu yang paling maju dalam pengembangan.

Perusahaan melanjutkan uji coba Inggris selama akhir pekan setelah menerima lampu hijau dari pengawas keamanan. Mereka bersama dengan pembuat vaksin terkemuka lainnya telah berjanji untuk menegakkan standar studi ilmiah dan menolak tekanan politik untuk mempercepat proses tersebut.

Sementara itu, Rusia adalah salah satu dari sedikit negara lain yang mengizinkan penggunaan vaksin eksperimental. Negara tersebut mewajibkan vaksin Sputnik V milik mereka sendiri untuk kelompok tertentu.

Adapun, India sedang mempertimbangkan otorisasi darurat untuk vaksin, terutama untuk orang tua dan orang-orang di tempat kerja yang berisiko tinggi. Mengingat negara tersebut terus mengalami lonjakan pesat infeksi virus corona dan berada tepat di bawah AS sebagai negara dengan kasus terbanyak,

Pasar Luar Negeri

Uni Emirat Arab (UEA) mengizinkan penggunaan darurat vaksin Sinopharm minggu ini dan menjadi izin darurat internasional pertama untuk salah satu vaksin China. Hanya berselang enam minggu setelah uji coba pada manusia dimulai di negara Teluk Arab.

Pejabat UEA melaporkan efek samping ringan, masih sesuai dengan prediksi. Kendati begitu, uji coba yang telah dilakukan di negara tersebut tidak menunjukkan adanya efek samping yang parah para relawan.

Perusahaan China lainnya seperti CanSino dilaporkan telah didekati oleh beberapa negara, menambahkan persetujuan militer dan membantu menarik minat asing. Perusahaan yang memiliki uji coba yang direncanakan di Pakistan dan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar.

Sementara itu, Zhang Yuntao, wakil presiden CNBG mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaannya telah menerima minat dari negara asing untuk pembelian sekitar 500 juta dosis vaksin eksperimentalnya.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada awal berjanji untuk memprioritaskan China dan Rusia dalam belanja global negaranya untuk vaksin, dengan mengatakan pemerintahnya telah melakukan pembicaraan dengan keduanya.

"China jelas ingin mengubah arah narasi itu dengan cara yang dipandang sebagai solusi daripada penyebab pandemi. Narasi itu, ironisnya, mungkin menjadi lebih meyakinkan ketika pendekatan Trump's America First menyangkal banyak negara kesempatan untuk mengakses vaksin buatan AS." Kata Yanzhong Huang, anggota senior Global Health.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro