Bisnis.com, JAKARTA-- Jauh sebelum Virus Covid-19 menjadi bencana bagi Indonesia dan seluruh dunia, flu Spanyol telah lebih dulu jadi sejarah menyeramkan.
Pandemi ini terjadi pada satu abad yang lalu di Indonesia, tepatnya di tahun 1918-1919.
Menurut dr RA Adaninggar SpPD (@ningzsppd), flu Spanyol sangat amat mirip dengan kondisi pandemi yang sekarang.
"Pandemi yang sempat diremehkan. Kemudian orang lebih percaya mitos dan takhayul," tulisannya pada postingan Instagramnya.
Sama seperti Covid-19, kehadiran flu Spanyol diremehkan sejak awal, hingga akhirnya banyak korban berjatuhan.
Flu Spanyol diperkirakan menjangkiti 500 juta penduduk dunia dan membunuh 50-100 juta di antaranya. (Niall Johnson & Juergen Mueller, 2002)
Kemudian hoaks, takhayul dan tukang obat dadakan bermunculan karena pemerintah kolonial terlambat dalam penanganan.Flu Spanyol berlangsung selama 1 tahun dengan 2 gelombang.
Gelombang I, tepatnya Juli - September 1918 flu Spanyol sempat dianggap remeh karena gejala ringan dan tingkat kematian rendah. Belum ada komplikasi akut Pasien bisa sembuh hanya dalam beberapa minggu.
Pemerintah Kolonial Belanda tidak ambil pusing, hanya memperketat pengawasan di pelabuhan.
Gelombang I I, pada Oktober - Desember 1918 lebih mematikan, namun pemerintah tidak mengambil tindakan cepat dan efektif.
Di kota besar berlangsung lebih lama karena populasi tertular jauh lebih banyak. Selama November 1918 terjadi peningkatan jumlah kematian hingga 416.000 jiwa bila dibandingkan dengan bulan November 1917. Hampir tidak ada satu pun daerah di kawasan Indonesia kolonial yang lupat dari serangan Flu Spanyol.
Menurut Ravando dalam bukunya yang berjudul Perang Melawan Influenza (2020), wabah ini masuk dan menyebar di Indonesia melalui Singapura masuk lewat Sumatera. Serangan perdana Flu Spanyol di wilayah Indonesia kolonial diperkirakan pada Juni 1918 di perkebunan Pangkatan, Sumatera Utara. Virus diduga dibawa oleh kuli perkebunan dari Singapura dan Penang. Dari Sumatera Utara (Medan), virus menyebar cepat ke berbagai wilayah di Sumatera melalui jalur laut karena tidak adanya kontrol ketat di pelabuhan.
Pertengahan Juli 1918, Flu Spanyol dikabarkan sudah menyebar di Kalimantan terutama Kalimantan Selatan. Lagi-lagi diperkirakan disebabkan dariaktivitas penumpang dan pedagang dari Singapura.
Dalam waktu singkat virus sudah menyebar sampai ke wilayah terpencil Jawa, seperti Bandung, Purworejo, Kudus, Kertosono, Surabaya dan Jatiroto.
Memasuki Agustus - September 1918, kasus Flu Spanyol mulai terjadi di Kep. Sunda Kecil (Nusa Tenggara) dan Sulawesi. Pada bulan November 1918, serangan virus sampai juga ke Maluku dan Papua. Khusus untuk Maluku, virus diduga ditularkan oleh penumpang kapal Van Imhoff yang mengelilingi Maluku dan sempat berhenti di 30 pelabuhan.
Dari pandemi flu Spanyol satu Abad yang lalu, seharusnya kita semua belajar banyak hal.
"Pengalaman kadang adalah guru yang terbaik dan hanya orang bodoh yang bisa jatuh ke lubang yang sama, jangan sampai kita jatuh ke lubang yang sama," kata dokter yang akrab di sapa Ning tersebut.