Bisnis.com, SEMARANG - Rencana Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengembangkan 500 desa wisata terus bergulir meski di tengah pandemi Covid-19.
Sektor pariwisata merupakan salah satu penggerak perekonomian masyarakat dan sektor unggulan, sehingga yang diharapkan mampu berperan serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Desa Gedong di Kabupaten Semarang, ditetapkan menjadi salah satu desa wisata dengan destinasi utama wisata religi, bersama 54 desa lainnya di Kabupaten Semarang, melalui Keputusan Bupati Semarang Nomor 556/0389/2020 pada tanggal 25 September 2020.
Di Desa Gedong, Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat, menjadi salah satu destinasi wisata religi yang menjadi mitra pemerintah mendorong pengembangan kepariwisataan, dan juga membuka peluang usaha bagi para petani dan UKM.
Selain destinasi religi, pesantren yang khusus menangani santri dewasa dan lanjut usia (lansia) ini menyajikan kegiatan cara membuat ekstrak jahe dan kopi bagi para wisatawan. Hasil olahan mereka akan menjadi oleh-oleh saat wisatawan pulang.
Kepala Pondok Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat Ahmad Winarno mengatakan Surat Ketetapan Bupati Semarang tentang Desa Wisata ini menjadi nilai tersendiri bagi Desa Gedong, khususnya Pondok Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat yang berada di dalamnya.
Dengan demikian, Ponpes dapat lebih optimal menggerakkan masyarakat sekitar untuk menjaga kelestarian alam, dan memajukan perekonomian, sehingga warga mendapatkan pemasukan selain dari bertani dan bercocok tanam.
"Kami menyambut baik, penetapan Desa Wisata di Desa Gedong ini, hal ini menandakan kami selaku pengurus Pondok Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat akan terus berbenah untuk dapat membantu memajukan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar Pondok,” ujar pria yang akrab disapa Pak Win ini kepada Bisnis, Minggu (18/4/2021).
Pondok Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat yang berada di ketinggian 800 mdpl. Dengan alamnya yang asri dan natural, konsep bangunan pondok yang didesain sedemikian rupa juga menjadi nilai tambah bagi para santri yang bermukim di pondok.
Sejak berdiri tahun 2018, Pondok Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat menjadi primadona bagi mereka calon santri yang kebanyakan datang dari luar kota untuk dapat merasakan suasana desa yang eksotis dan agamis.
"Santri kami banyak datang dari luar kota, dan konsep yang kami miliki adalah kembali ke alam, dengan maksud agar para santri lanjut usia dapat fokus mendalami agama sebagai bekal menuju akhirat ditemani suasana pedesaan yang asri dan jauh dari hiruk pikuk keramaian kota," imbuhnya.
Saat Ramadan ini, usai sahur dan salat subuh, para wisatawan diajak menikmati keindahan fajar. Tak hanya iman dan takwa, raga pun harus diolah di tengah persawahan, Lereng Pegunungan Gajah Mungkur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Sambil berjemur sinar mentari, wisatawan juga ikut terapi agar raga tetap bugar. Pak Win menceritakan seperti inilah aktivitas mereka setiap pagi saat berwisata religi, yakni mendekat ke alam dan mensyukuri nikmat Sang Ilahi.
“Yang dirasakan senang, terus bisa segar begitu tubuhnya, terus melihat pemandangannya itu kok bagaimana begitu lho, bisa itu, dalam hati saya itu kok, nggak bisa mengungkapkan,” tutur Sri (80 tahun), wisatawan asal Surabaya yang berniat menjadi santri sampai akhir hayat nanti
Tak hanya itu, para wisatawan religi ini juga menyibukkan diri mengolah alam dengan bercocok tanam. Dari kebun tanaman obat tradisional, akan dikonsumsi para tamu yang datang, dan dibawa untuk oleh-oleh saat pulang.
Makanan yang tersedia selalu istimewa karena merupakan hasil jerih payah mereka saat mengikuti program wisata religi di pesantren ini. Minuman jahe, kunyit, dan aneka ramuan jamu tradisional siap menghilangkan dahaga.
Meski wisatawan dewasa dan lansia ini sudah tak lagi muda, semangat mereka masih terus menggelora. Kedekatan dengan Tuhan dan alam ciptaan-Nya mengisi sisa waktu mereka yang berharga.