anak sekolah belajar di ruangan kelas
Health

Bun, Kenali Risiko Penularan Virus Corona di Sekolah dari Ringan hingga Tinggi

Ni Luh Anggela
Senin, 30 Agustus 2021 - 12:22
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini, Senin (30/8) sekolah tatap muka mulai dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya DKI Jakarta. Dalam situasi yang belum stabil ini, memang tidak ada satupun situasi yang 100 persen aman dari penularan Covid-19.

Maka dari itu, sebaiknya orang tua paham dan mengerti berbagai faktor kondisi yang memengaruhi transmisi virus. Selain protokol kesehatan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas), faktor ventilasi-durasi-jarak (VDJ) juga dapat meminimalisir risiko penularan di sekolah.

dr RA Adaninggar bersama kedua rekannya Mutiara Anissa dan Firdza Radiany melalui Instagram @pandemictalks, Senin (30/8/2021) menjelaskan pentingnya protokol VDJ untuk meminimalisir risiko penularan di sekolah.

Ventilasi, seperti membuka jendela atau pintu kelas, menggunakan HEPA filter bila tidak memungkinkan ventilasi alami, dan kelas di ruangan terbuka.

Durasi, seperti memperpendek durasi hari dan jam sekolah tatap muka.

Jarak, seperti mengurangi kapasitas kelas, menghindari kontak fisik, menghindari penggunaan barang bersama, rajin mencuci tangan, mencegah kerumunan dengan mengatur jam datang dan pulang, serta tidak ada ekstrakulikuler atau olahraga.

“Risiko penularan akan sangat tinggi jika ketiga hal ini beririsan terjadi,” kata mereka.

Mereka juga menjelaskan spektrum risiko penularan sekolah. Risiko rendah jika ruangan memiliki ventilasi yang baik (jendela dan pintu dibuka), durasi belajar mengajar dikurangi menjadi 1 jam, risiko penularan turun menjadi 4 persen. Risiko akan semakin menurun dengan cara mengurangi jumlah orang di dalam ruangan untuk mengurangi risiko penularan lewat droplet dan aerosol.

Risiko sedang, apabila semua orang (guru dan murid) di kelas menggunakan masker, risiko murid yang tertular turun menjadi 20 persen atau 4 hingga 5 orang. “Namun, risiko yang terinfeksi sangatlah acak dan tidak bisa diprediksi,” jelas mereka.

Risiko tinggi, bila kelas dilakukan selama 2 jam tanpa ada protokol kesehatan yang dijalankan (tanpa masker, social distancing, dan ventilasi tertutup), sekitar 50 persen atau 12 murid akan terinfeksi.

Dan risiko paling tinggi, sekolah konvensional seperti sebelum pandemi, dimana banyak sekolah konvensional yang tidak memenuhi syarat protokol ventilasi-durasi-jarak seperti, desain ruangan yang tertutup, jumlah murid yang banyak,durasi belajar mengajar yang lama, adanya mata pelajaran yang meningkatkan risiko kontak fisik (pelajaran olahraga misalnya), serta makan dan istirahat di sekolah, sehingga sangat berisiko menjadi tempat penularan Covid-19.

Juga, ketika guru sakit dan tidak ada protokol pencegahan yang dilakukan, penularan akan sangat tinggi karena saat berada di dalam kelas, guru akan terus berbicara, bahkan mungkin berteriak sehingga memproduksi banyak droplet. Berbeda dengan murid, yang hanya kadang berbicara.

Perlu diingat, penularan bisa terjadi dimana saja, tidak hanya di dalam kelas. Anak-anak dapat tertular di komplek perumahan, perjalanan menuju sekolah atau di tempat les. Begitu juga guru, pegawai dan orang tua, juga dapat tertular dimana saja.

Sistem ‘bubble’ di sekolah juga bisa mengurangi risiko penularan dan memudahkan test dan tracing.

“Kelompok kecil terdiri atas guru dan beberapa murid yang selalu sama. Tidak ada pergantian murid atau guru selama pandemi, dan tetap perhatikan konsep VDJ,” jelas mereka.

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro