Bisnis.com, JAKARTA - Polusi udara adalah salah satu bahaya kesehatan terbesar di dunia. Bahkan, menurut studi terbaru dari Air Quality Life Index (AQLI), polusi udara menurunkan angka harapan hidup orang Indonesia hingga 2,5 tahun.
Chief Growth Officer Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski mengatakan, edukasi mengenai polusi udara selama ini mendapatkan berbagai tantangan. Salah satunya adalah masih banyak mitos-mitos terkait polusi udara yang masih dipercayai hingga saat ini.
“Mitos yang sering kita dengar adalah daerah saya memiliki banyak pohon dan jauh dari kota, tidak ada polusi udara di sini.’ Padahal, polusi udara dapat menempuh jarak 100 kilometer dari sumbernya karena hal-hal seperti arah angin,” terangnya.
Mitos berikutnya adalah anggapan bahwa kualitas udara paling bagus di pagi hari. Nyatanya, ujar dia, The Planetary Boundary Layer dan kondisi iklim lainnya membuat kualitas udara di pagi hari menjadi yang terburuk.
Mitos lainnya, lanjut Piotr, adalah anggapan bahwa olahraga membuat cukup sehat melawan polusi. Padahal, sebuah studi dari Seoul National University menyoroti bahwa ada peningkatan risiko penyakit jantung sebesar 33% melalui olahraga terus menerus dalam polusi tinggi.
Piotr mengatakan, polusi udara menyebabkan banyak masalah terkait dengan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan saluran pernapasan dan paru-paru. Belum lagi, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa polusi udara dapat menurunkan kecerdasan anak.
“Untuk itu, kita perlu sadar akan bahaya polusi udara, karena udara yang kita hirup mengambil kehidupan bertahun-tahun dari masa depan kita,” tambahnya.
Aktivis Bicara Udara Amalia Ayuningtyas mengatakan isu mengenai polusi udara di Indonesia tidak se-mainstream isu yang lain. Batubara dan kendaraan bermotor sudah ter-framing kuat menjadi penyebab polusi udara di Jakarta. Selain itu, pembicaraan mengenai penyebab polusi udara kerap mengesampingkan faktor ekonomi.
Amalia mengungkapkan, saat ini ada berbagai sumber informasi mengenai polusi udara, tetapi sulit dicerna oleh masyarakat awam. Padahal, kata dia, informasi dan edukasi yang baik mengenai kualitas udara sangat penting untuk masyarakat Indonesia.
“Sehingga. dibutuhkan platform edukasi yang konsisten menyampaikan materi mengenai kondisi udara dan merekam upaya bersama untuk mewujudkan kualitas udara yang lebih baik,” ucapnya dalam dalam Webinar bertajuk "Clean Air Crisis, What Should We Do?“ yang diselenggarakan Komunitas Bicara Udara bersama aplikasi Nafas Indonesia dan AQLI seperti dikutip dari keterangan tertulisnya.
Untuk itu, Amalia mengatakan, pihaknya mendorong kebijakan yang signifikan seperti Clean Air Act untuk Indonesia. Di samping itu, lanjutnya, yang perlu didorong juga penerapan kebijakan dan penindakan pada pihak-pihak yang melanggar.
“Kami juga mendorong peralihan energi agar tidak tergantung dengan energi fosil, serta perbaikan dan transparansi data mengenai kualitas udara,” tambahnya.