Ilustrasi hasil tes Covid-19 varian Omicron/The Guardian
Health

Penelitian Omicron di Hewan: Tingkat Keparahan Penyakit Tak Seburuk Delta

Newswire
Selasa, 4 Januari 2022 - 05:27
Bagikan

Bisnis.com, SOLO - Varian Omicron yang mulai merebak di kalangan masyarakat menjadi kekhawatiran tersendiri.

Untuk mengantisipasi adanya lonjakan kasus, serangkaian penelitian baru virus Covid-19 varian Omicron dilakukan.

Terbaru, para ilmuwan mencoba melakukan penelitian terhadap hewan laboratorium dan jaringan manusia memberikan indikasi awal mengapa Omicron menyebabkan gejala infeksi yang lebih ringan daripada varian virus sebelumnya.

Dalam penelitian pada tikus dan hamster, Omicron menghasilkan infeksi yang tidak terlalu merusak, seringkali terbatas, pada saluran napas bagian atas: hidung dan tenggorokan.

Varian sebelumnya, Delta, kerap menyebabkan jaringan parut dan kesulitan bernapas yang serius. Menurut ahli biologi komputasi di Berlin Institute of Health, Jerman, Roland Eils, yang telah mempelajari bagaimana Covid-19 menginfeksi saluran napas, adalah adil untuk mengatakan bahwa gagasan penyakit yang memanifestasikan diri si virus.

“Terutama di sistem pernapasan bagian atas sedang muncul,” ujar dia pada Jumat, 31 Desember 2021.

Pada November, ketika laporan pertama tentang Omicron ke luar dari Afrika Selatan, para ilmuwan hanya bisa menebak bagaimana mungkin varian itu berperilaku berbeda dari varian yang sebelumnya.
Mereka mengatakan bahwa Omicron memiliki kombinasi yang khas dan mengkhawatirkan karena memiliki lebih dari 50 mutasi genetik.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa beberapa mutasi ini memungkinkan virus corona untuk menginfeksi sel lebih kuat. Beberapa mutasi yang lain memungkinkan virus menghindari antibodi, yang berfungsi sebagai garis pertahanan awal melawan infeksi.

Namun, bagaimana varian baru itu bisa berperilaku di dalam tubuh adalah sebuah misteri.

“Anda tidak dapat memprediksi perilaku virus hanya dari mutasi,” kata Ravindra Gupta, ahli virologi di University of Cambridge, Amerika Serikat.

Selama sebulan terakhir, lebih dari selusin kelompok penelitian, termasuk Gupta dan timnya, telah mengamati patogen baru di laboratorium, menginfeksi sel di cawan Petri dengan Omicron dan menyemprotkan virus ke hidung hewan.

Saat mereka bekerja, Omicron terus menyebar ke seluruh dunia, dengan mudah menginfeksi, bahkan orang-orang yang telah divaksinasi atau telah pulih dari infeksi.

Tetapi ketika kasusnya meroket, jumlah kasus rawat inap hanya meningkat sedikit. Studi awal pasien menunjukkan bahwa Omicron cenderung menyebabkan penyakit parah daripada varian lain, terutama pada orang yang sudah divaksinasi. Namun, temuan itu datang dengan banyak peringatan.

Selain itu, sebagian besar infeksi awal Omicron terjadi pada orang muda, yang cenderung tidak sakit parah dengan semua versi virus. Dan banyak dari kasus awal itu terjadi pada orang dengan kekebalan tertentu dari infeksi atau vaksin sebelumnya.

Tidak jelas apakah Omicron juga terbukti kurang parah pada orang tua yang tidak divaksinasi, misalnya.

Eksperimen pada hewan dapat membantu menjernihkan ambiguitas ini, karena para ilmuwan dapat menguji Omicron pada hewan identik manusia yang hidup dalam kondisi identik pula.

Lebih dari setengah lusin eksperimen yang dipublikasikan dalam beberapa hari terakhir semuanya menunjukkan kesimpulan yang sama: Omicron lebih ringan daripada Delta dan versi virus sebelumnya.

Pada Rabu, 29 Desember, konsorsium besar ilmuwan Jepang dan Amerika merilis laporan tentang hamster dan tikus yang telah terinfeksi Omicron atau salah satu dari beberapa varian sebelumnya.

Mereka yang terinfeksi Omicron ditemukan memiliki lebih sedikit kerusakan paru-paru. Kehilangan berat badan dan kemungkinannya untuk mati juga lebih sedikit dibandingkan saat hewan-hewan itu terinfeksi varian Delta.

Meskipun hewan yang terinfeksi Omicron rata-rata mengalami gejala yang jauh lebih ringan, para ilmuwan dikejutkan khususnya oleh hasil pada hamster Suriah.

Pasalnya, spesies ini diketahui sakit parah dengan infeksi semua versi virus sebelumnya.

“Setiap varian lain telah dengan kuat menginfeksi hamster ini,” tutur Michael Diamond, ahli virus di University of Washington yang juga salah satu penulis penelitian.

Beberapa penelitian lain pada tikus dan hamster telah mencapai kesimpulan yang sama. Alasan mengapa gejala infeksi Omicron lebih ringan mungkin karena masalah anatomi.

Diamond dan rekan-rekannya menemukan bahwa tingkat keberadaan Omicron di hidung hamster sama dengan hewan yang terinfeksi virus corona bentuk awal. Tapi kadar Omicron di paru-paru sepersepuluh atau kurang dari tingkat varian lainnya.

Temuan serupa datang dari para peneliti di University of Hong Kong yang mempelajari potongan-potongan jaringan yang diambil dari saluran udara manusia selama operasi. Dalam 12 sampel paru-paru, para peneliti menemukan bahwa Omicron tumbuh lebih lambat daripada Delta dan varian lainnya di organ itu.

Para peneliti juga menginfeksi jaringan dari bronkus, saluran di dada bagian atas yang mengalirkan udara dari tenggorokan ke paru-paru, dengan Omicron. Yang ditemukan kemudian adalah sebaliknya, yakni di dalam sel bronkus itu, dalam dua hari pertama setelah infeksi, Omicron tumbuh lebih cepat daripada Delta atau virus corona asli.

Namun, temuan-temuan ini harus ditindaklanjuti dengan penelitian lebih lanjut, seperti percobaan dengan monyet atau pemeriksaan saluran udara manusia yang terinfeksi Omicron.

Jika hasilnya bertahan hingga pengawasan, mereka mungkin menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi Omicron tampaknya lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan varian Delta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro