Tangkapan layar- Ilustrasi Virus Corona varian Omicron. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Health

Srudi : Orang Terinfeksi Covid-19 Masih Punya Virus Aktif Selama Lebih dari 10 Hari

Ni Luh Anggela
Kamis, 20 Januari 2022 - 14:55
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA –Pandemi Covid-19 terus berlanjut, dan otoritas kesehatan terus merevisi jumlah masa karantina atau isolasi bagi orang yang terinfeksi SARS-CoV-2.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) misalnya, saat ini merekomendasikan orang yang dites positif Covid-19 harus tetap melakukan isolasi selama 5 hari, yang diikuti dengan 5 hari menggunakan masker saat berada di sekitar orang lain. Hal yang sama juga berlaku untuk karantina.

Akan tetapi, sebuah studi baru-baru ini seolah ingin menunjukkan bahwa tren memperpendek masa isolasi dan karantina Covid-19 mungkin merupakan pilihan yang salah.

Studi yang dipublikasikan di International Journal of Infectious Diseases itu menemukan bukti bahwa 13 persen dari mereka yang di tes positif Covid-19, masih mmeiliki virus yang aktif dan ‘mungkin’ menular selama lebih dari 10 hari.

Pada beberapa individu, para peneliti menemukan tingkat virus SARS-CoV-2 yang signifikan secara klinis selama 68 hari, demikian dilansir dari Medical News Today, Kamis (20/1/2022).

Para peneliti dari University of Exeter di Inggris secara retroaktif memeriksa RNA subgenomik (sgRNA) dan urutan genom gen E pada 176 orang yang telah menerima hasil tes PCR positif.

Penulis senior studi tersebut sekaligus professor molekuler Exeter Lorna Harries menjelaskan, ketika SARS-CoV-2 tumbuh secara aktif, bagian dari urutan RNA yang biasanya tidak ditemukan berdekatan, kini berdekatan dan menyatu.

“Ini adalah sgRNA, singkatan dari RNA subgenomik. Mengukur ini memungkinkan kami untuk mendapatkan ukuran apakah virus yang terdeteksi dapat aktif dan berpotensi menular atau tidak,” kata Harries.

Meskipun para peneliti percaya bahwa sgRNA dapat menjadi tanda apakah virus tersebut secara aktif bereplikasi, namun tidak semua orang setuju dengan hal ini.

Salah satunya, asisten profesor dari Johns Hopkins Amesh Ashok Adalja. Menurutnya, tidak jelas apakah keberadaan sgRNA merupakan indikasi penularan.

Di sisi lain, CDC menegaskan bahwa rekomendasi yang mereka buat didukung oleh bukti-bukti yang kuat.

“Perubahan ini dimotivasi oleh studi yang menunjukkan bahwa sebagian besar penularan SARS-CoV-2 terjadi di awal penularan penyakit, umumnya dalam 1 hingga 2 hari sebelum timbulnya gejala dan 2 hingga 3 hari setelahnya,” ungkap mereka.

Menurut Adalja, adanya studi baru tidak berarti CDC membuat kesalahan, karena tujuannya adalah untuk memberikan panduan yang benar-benar dapat diikuti orang-orang.

Dia juga mencatat bahwa ada data lama dari investigasi kontak kasus yang menggambarkan bahwa penularan menjadi sangat langka 5 hari setelah timbulnya gejala.

Sementara itu, Harries tidak setuju dan mengatakan bahwa dirinya tidak nyaman dengan perubahan isolasi selama 5 hari, berdasarkan data mereka dan data orang lain.

“Memutuskan durasi isolasi jelas merupakan keseimbangan antara mencegah penularan dan menjaga masyarakat tetap terbuka,” katanya.

“Tetapi data kami menunjukkan bahwa tiap orang memiliki waktu yang berbeda-beda, dalam hal menularkan,” tambahnya.

Varian baru dari SARS-CoV-2 juga tidak lepas dari perhatiannya. Menurutnya, karena varian Delta dan Omicron jauh lebih menular, jumlah virus yang perlu ditransfer untuk menginfeksi orang lain mungkin lebih rendah, sehingga aka nada lebih banyak orang yang jatuh di atas ambang batas relevansi klinis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro