Bisnis.com, JAKARTA - Atome sebagai salah satu pemain BNPL di Indonesia menjelaskan perbedaan antara transaksi Buy Now Pay Later (BNPL) dengan kartu kredit.
Winardi Wijaya, General Manager dari Atome menjelaskan, masih banyak masyarakat yang memiliki perspektif terkait sistem BNPL disamakan dengan sistem cicilan kredit. Padahal sistem BNPL sendiri menjadi salah satu opsi terbaik untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sambil memaksimalkan manajemen keuangan yang mereka miliki.
Menurut Winardi, layanan BNPL memang cukup berbeda dari cicilan kredit yang dapat dilihat dari suku bunga, kriteria kelayakan, diskon, serta kemudahan aksesnya.
"Atome sendiri menghadirkan kemudahan sistem pembayaran cicilan hingga 12 bulan dengan suku bunga 0% alias tanpa bunga sama sekali untuk pilihan cicilan 30 hari dan 3 bulan. Pengguna bisa dengan bebas menentukan lama cicilan sehingga memudahkan mereka dalam mengatur pengeluarannya," ujarnya dalam keterangannya.
Seperti layanan kredit pada umumnya, Atome juga menerapkan Credit Scoring dan BI Checking untuk penentuan persetujuan dan batas kredit bagi nasabah. Kendati demikian, ketentuan pada sistem BNPL tidaklah sekompleks layanan kartu kredit. Atome mensyaratkan pengguna dengan batasan minimal usia 17 tahun dan telah memiliki KTP.
“Jika kita melihat data penetrasi kartu kredit yang masih terbilang rendah di Indonesia, layanan BNPL seperti Atome memiliki peluang yang besar dengan segala fleksibilitas dan kemudahan yang dihadirkan. Perbedaan ini juga menjadi faktor pendukung pertumbuhan dan besarnya akses transaksi pada sistem BNPL yang telah dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahun 2021 lalu, Atome memiliki pertumbuhan pengguna yang cukup signifikan yaitu meningkat 1.700% dibandingkan tahun 2020,” tambah Winardi.
Menurut Winardi, hal ini selain memberikan dampak positif terkadang juga menyebabkan pengeluaran kurang terkontrol. Berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC), mayoritas Gen Z (53.5%) memiliki pengeluaran bulanan yang lebih besar dari pendapatannya.
Dia memapakran kehadiran BNPL menjadi pilihan agar mereka dapat membuat perencanaan keuangan yang maksimal, dimana saat membeli barang untuk memenuhi kebutuhan, mereka bisa melihat kembali jumlah yang perlu dibayarkan agar dapat sesuai dengan rencana pengeluaran setiap bulannya.
Peningkatan kebutuhan akan pengalaman berbelanja yang terintegrasi dengan kenyamanan dan personalisasi ini, mendukung prediksi pertumbuhan layanan BNPL di Indonesia yang akan tumbuh sebesar 94.7% dengan total transaksi mencapai total US$ 2.7
miliar pada akhir tahun 2022 (menurut data dari Laporan Business Wire). Perkembangan yang cukup besar ini yang menjadikan sistem BNPL menjadi salah satu metode pembayaran paling populer dan diminati oleh masyarakat Indonesia, terutama selama masa pandemi.
Saat ini, Atome telah memiliki lebih dari 5 juta pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia dengan ekosistem yang cukup besar.
Atome juga menawarkan tempat transaksi di lebih dari 600 merchant dan lebih dari 7,700 toko atau outlet baik secara offline ataupun online.
Besarnya permintaan akan sistem pembayaran ini didukung dengan kinerja e-commerce yang semakin melejit di Indonesia; mencapai Rp 108.54 triliun pada kuartal 1 2022 atau meningkat 23% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelum.
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019, indeks inklusi keuangan di Indonesia cukup besar sekitar 76,19%, namun indeks kemajuan literasi keuangannya masih berkisar 38,03%.