Bisnis.com, JAKARTA - Stunting merupakan masalah global yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Data yang dilansir UNICEF-WHO-Joint Child Malnutrition menyebutkan, sepanjang 2020 sekitar 149,2 juta anak di bawah 5 tahun berada dalam kondisi fisik buruk karena stunting. Sekitar 45,4 juta di antaranya bahkan memiliki tinggi badan di bawah rata-rata normal.
Stunting merupakan masalah global yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Data yang dilansir UNICEF-WHO-Joint Child Malnutrition menyebutkan, sepanjang 2020 sekitar 149,2 juta anak di bawah 5 tahun berada dalam kondisi fisik buruk karena stunting. Sekitar 45,4 juta di antaranya bahkan memiliki tinggi badan di bawah rata-rata normal.
Dalam Nutrition Overview yang dilansir World Bank, anak kurang gizi berpotensi meninggal dunia dalam masa awal kehidupan. Bahkan jika mereka tumbuh besar, dampak sosial yang mengemuka adalah kesempatan minim untuk mengenyam bangku pendidikan tinggi serta mendapat upah layak akibat kecerdasan otak rendah. Individu dewasa yang mengalami stunting saat anak-anak, diprediksi mendapat upah 20% lebih rendah dari individu non stunting.
Ada konsekuensi jangka panjang yang perlu ditanggung terkait SDM yang unggul di tengah populasi penduduk dunia yang teris bertambah. Stunting bukan semata-mata tentang dampak kesehatan individual yang berakibat pada penurunan pertumbuhan fisik, kemampuan otak dan kecerdasan semata. Kita tengah menabung bom waktu jika kita abai. Stunting adalah tentang antisipasi beban demografi agar SDM kita memiliki akses terbaik pada pendidikan, produktivitas tenaga kerja serta upah layak.
Kita perlu sadari, ongkos yang dikeluarkan untuk penanganan malnutrisi akan menyebabkan beban terhadap produktivitas nasional dan menghambat pertumbuhan ekonomi negara. Angka prevalensi stunting berimbas terhadap 0,4% penurunan PDB per kapita. Anggaran stunting secara rata-rata membutuhkan sekitar 13,5% dari total PDB per kapita negara berkembang.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini memang turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya sebesar 23%. Namun, Indonesia menargetkan 14% pada 2024. Melansir data BKKBN, dari 5 juta kelahiran bayi setiap tahun, sebanyak 1,2 juta bayi lahir dengan kondisi stunting.
Prevalensi stunting Indonesia menempati posisi tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara yaitu sebesar 27,5%. Angka di atas 20%, memiliki arti isu stunting di negeri ini tergolong kronis.
Stunting mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan sektor swasta berjumlah US$135,4 juta setiap tahun. Indonesia membutuhkan intervensi multidimensional. Tidak hanya intervensi pada dimensi ketahanan pangan yang berhubungan dengan ketersediaan pangan bergizi, tetapi juga dimensi sosial yang melibatkan inisiatif pemberian makanan bayi dan anak yang berkorelasi dengan aspek pengasuhan. Intervensi edukasi makanan bergizi, pemanfaatan pangan lokal yang mampu berperan dalam pola gizi dan kecerdasan otak juga dibutuhkan, tak hanya intervensi akses kesehatan.
SINERGI HOLISTIK
Target pembangunan nasional hanya dapat dicapai dengan sinergi holistik dengan melibatkan peran aktif seluruh stakeholders, termasuk sektor swasta. Sektor usaha memiliki peranan besar dalam akselerasi faktor pendukung pelaksanaan dalam menerjemahkan program pemerintah.
Pembangunan infrastruktur fasilitas kesehatan juga memerlukan kerja sama sektor usaha dengan pemerintah daerah dalam mengembangkan fasilitas kesehatan dan pusat gizi. Program sosial perusahaan dapat berkontribusi memberi dukungan gizi dan kesehatan.
Kita memerlukan terobosan kolaborasi pemerintah dan sektor swasta sebagai wujud tanggung jawab sosial yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Skema Public-Private Partnership bisa menjadi solusi logis menyediakan pendanaan bagi aspek kesehatan serta intervensi gizi yang menjadi program pemerintah dengan melibatkan sektor swasta. Bagaimana skema yang tepat dikembangkan dengan melibatkan lembaga donor yang melibatkan corporate social responsibility perusahaan.
Gotong royong adalah semangat kita bersama. Kolaborasi inklusif kemudian menggerakkan para pengusaha yang bergabung di Asosiasi Pengusaha Indonesia untuk menyingsingkan baju dalam program KIPAS Stunting, untuk menjadi bagian solusi berkelanjutan dalam memastikan daya saing SDM Indonesia masa depan.
Investasi pada sumber daya manusia adalah keniscayaan guna menyiapkan manusia sehat untuk menghadapi tantangan pekerjaan masa depan. Investasi pada stunting adalah warisan berharga kita bagi masa depan anak-anak Indonesia serta SDM Indonesia masa depan yang tangguh, cerdas dan mumpuni.