Bisnis.com, JAKARTA - Serangan jantung sering kali dikaitkan dengan penyakit orang yang sudah tua atau lanjut usia. Padahal, penyakit ini kini sudah mulai mengintai masyarakat di usia yang lebih muda.
Serangan jantung memiliki derajat keparahan dari yang ringan sampai yang fatal dan menyebabkan kematian. Belakangan juga banyak kasus tokoh dan selebriti yang usianya muda dan meninggal karena serangan jantung.
Padahal, ketika Indonesia bercita-cita menjadi Indonesia Emas pada 2045, seharusnya masyarakat usia muda bisa lebih produktif alih-alih menjadi kurang produktif karena sudah terkena penyakit yang umumnya muncul di usia lanjut.
Oleh karena itu, masyarakat perlu terlebih dahulu mengenal apa itu serangan jantung, dan bisa membedakan mana yang serangan jantung dan yang bukan.
Dr. dr. Sally Aman Nasution, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi), mengatakan definisi serangan jantung adalah ketika aliran darah yang membawa darah kaya oksigen ke otot jantung itu terhenti.
Biasanya terhentinya karena macet atau tersumbat, bisa karena plak di dinding pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan penyempitan di pembuluh jantung yang bisa dalam waktu lambat atau dalam waktu cepat. Ketika sumbatan terjadi dengan cepat, itulah yang dinamakan serangan jantung.
"Ketika ada orang yang ditemukan meninggal mendadak, tidak semuanya serangan jantung, ada yang kelainan bawaan, kelainan gangguan irama, kelainan anatomis dan sebagainya," jelasnya saat Media Briefing, Selasa (28/11/2023).
Faktanya penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Pada 2019, kematian karena serangan jantung dengan usia di bawah 70 tahun mencapai lebih dari 17 juta kematian dan menyumbang 32 persen kematian global.
Faktor Risiko Serangan Jantung
Adapun, beberapa faktor risiko terkena serangan jantung adalah pertama karena memiliki kebiasaan merokok. Pada perokok berisiko 2,4 kali lebih besar terkena serangan jantung pada usia 45 tahun ke atas dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok.
Selanjutnya, kenaikan trigliserida dalam darah atau kolestrol tinggi >150mg/dL juga meningkatkan risiko serangan jantung hingga 2,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang kadar kolestrol normal.
Kemudian, gula darah tinggi juga memiliki hubungan signifikan dengan serangan jantung. Orang yang memiliki gula darah tinggi berisiko 4,1 kali lebih tinggi terkena serangan jantung dibandingkan dengan yang gula darah normal atau rendah <126 mg/dL.
Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang bisa diubah dan bisa dihindari, seperti kurangnya aktivitas fisik, berat badan berlebih, pola makan yang tidak sehat, stres, dan konsumsi alkohol berlebih.
Ada pula beberapa risiko yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan/ras.
Gejala Klinis Serangan Jantung
Beberapa gejala yang umumnya dirasakan ketika mengalami serangan jantung adalah berikut ini:
- Nyeri/rasa tidak nyaman di dada
- Sakit kepala ringan, hingga mual/muntah
- Nyeri/rasa tidak nyaman di rahang, leher, punggung, lengan atau pundak
- Sesak nafas.
Lantaran masih ada beberapa risiko dapat diubah, dr. Sally mengatakan agar masyarakat bisa mulai dari menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan aktivitas fisik, menjaga berat badan agar tidak berlebih, mengubah pola makan menjadi lebih sehat, mengubah pola makan menjadi lebih sehat, menghindari stres, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Selain itu, terdapat 8 cara pencegahan penyakit jantung, berikut ini:
1. Kenali faktor risikonya
2. Ubah pola makan ke yang lebih sehat
3. Tingkatkan aktivitas fisik
4. Jaga berat badan tetap ideal
5. Hindari merokok
6. Lakukan skrining secara berkala jika memiliki kolestrol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes
7. Minum obat secara rutin jika memiliki penyakit bawaan
8. Selalu komunikasikan dengan orang terdekat dan fasilitas kesehatan jika mengalami rasa tidak nyaman.