Batuk/kemenkes
Health

Ini Penyebab Anda Lebih Gampang Kena Flu Saat Musim Hujan dan Musim Dingin

Redaksi
Jumat, 27 Desember 2024 - 15:52
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Saat musim dingin dan musim hujan, orang cenderung lebih gampang terkena flu, batuk dan pilek. Kenapa ya?

Meskipun cuaca yang lebih sejuk tidak secara langsung menyebabkan infeksi, studi menunjukkan bahwa hal itu dapat meningkatkan kemungkinan Anda untuk tertular.

Penjelasan umum tentang hal ini berkaitan dengan cara penularan infeksi pernapasan dari satu individu ke individu lainnya. Virus yang menyebabkan flu biasa dan influenza, atau flu, menyebar dari individu terinfeksi ke individu lain melalui tetesan di udara, yang dikeluarkan saat individu yang terinfeksi berbicara, bersin, atau batuk.

Orang juga bisa terinfeksi virus ini saat mereka menyentuh permukaan atau objek yang terkontaminasi, kemudian menjamah mulut, hidung, atau mata mereka.

Saat musim dingin, kita umumnya menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan, yang mengakibatkan kita menghabiskan lebih banyak waktu dekat dengan orang lain, mungkin di area dengan sirkulasi udara yang kurang baik. Situasi ini meningkatkan kemungkinan virus menyebar di kalangan populasi.

Orang juga bisa terjangkit virus ini jika mereka menyentuh permukaan atau objek yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata mereka.

Namun, di samping perubahan perilaku ini, para peneliti telah mengungkapkan bahwa terdapat berbagai mekanisme biologis yang menjelaskan alasan kita mengalami lebih banyak pilek saat cuaca dingin, yang berkaitan dengan suhu serta kelembapan udara.

Dr. Benjamin Bleier, direktur operasi dasar tengkorak endoskopi di Massachusetts Eye and Ear Center, yang dilansir dari livescience.

Mengungkapkan bahwa, sel "epitel" yang melindungi hidung berfungsi sebagai garis pertahanan awal terhadap virus yang terhirup dari udara.

Umumnya, sebagai reaksi terhadap infeksi virus, sel-sel ini meningkatkan pengeluaran kantong kecil berisi cairan yang dikenal sebagai vesikel ekstraseluler,  yang berperan dalam menghilangkan partikel virus sebelum mereka dapat menyerang tubuh secara keseluruhan.

Vesikel ini juga berisi molekul yang disebut microRNA yang menghalangi virus untuk menggandakan materi genetik mereka. Ini mencegah kuman untuk berkembang biak dan memasuki jaringan kita, ujarnya.

Akan tetapi, Bleier dan timnya telah membuktikan bahwa sistem ini tergelincir dalam kondisi cuaca yang lebih dingin. Sebagai contoh, ini terjadi ketika sel-sel epitel di hidung mengalami penurunan suhu yang serupa dengan apa yang mungkin dialami ketika seseorang berada di luar dalam cuaca dingin ketika suhu di dalam hidung turun dari 98,6 hingga 89,6 derajat Fahrenheit (37 hingga 32 derajat Celcius). Akibatnya, virus pernapasan secara efisien meningkatkan kemampuan mereka untuk bereproduksi.

Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan penutup wajah, seperti masker, dapat memberikan manfaat karena dua alasan penting, kata Bleier. Pertama, penutup ini mengurangi jumlah partikel virus yang bisa masuk ke hidung, dan kedua, mereka menjaga bantalan udara hangat di depan wajah yang mendukung sel epitel hidung berfungsi optimal, ujarnya.

Faktor lain yang dapat memengaruhi respons tubuh terhadap virus di musim dingin adalah kelembaban, karena udara di dalam rumah biasanya lebih kering dari biasanya pada musim ini. "Ketika Anda membawa udara dingin dari luar lalu memanaskannya di dalam rumah, udara tersebut memiliki kandungan uap air yang sangat sedikit," kata Akiko Iwasaki, profesor imunobiologi di Universitas Yale, Connecticut,. Penelitian sebelumnya telah mengindikasikan bahwa angka kematian karena flu di AS meningkat seiring dengan penurunan kelembaban udara.

Dalam sebuah studi yang dirilis pada tahun 2019, Iwasaki dan timnya menemukan bahwa saat tikus berada dalam kondisi udara kering dengan kelembaban relatif antara 10% dan 20% kemampuan mereka dalam melawan infeksi influenza berkurang, dibandingkan dengan tikus yang hidup dalam kelembaban relatif 50%.

Hal ini disebabkan oleh udara kering, yang mirip dengan udara dingin, juga mengganggu sel epitel. Dalam kasus ini, ia menghentikan proyeksi seperti jari kecil, yang disebut silia, yang muncul dari sel-sel agar tidak bergerak dan membersihkan partikel virus. Saat silia mengalami kerusakan, virus dapat lebih mudah masuk ke dalam sel-sel tubuh, ungkap Iwasaki.

Dengan alasan yang tidak jelas, dalam keadaan kering, sel-sel imun di saluran pernapasan juga memproduksi lebih sedikit zat kimia yang dikenal sebagai interferon, yang berperan dalam mencegah replikasi virus. (Tesalonika Loris)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro