Ilustrasi/Project-resource
Fashion

GANGGUAN KECEMASAN: Kenali Gejala Fisiknya

Tisyrin Naufalty Tsani
Sabtu, 14 November 2015 - 07:24
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Pakar kesehatan jiwa memaparkan gaya hidup kaum urban yang serba cepat memicu timbulnya gangguan kecemasan atau anxiety.

Apabila tidak tertangani dengan baik, dapat mengakibatkan depresi atau gejala gangguan jiwa lainnya.

Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Danardi Sosrosumihardjo mengatakan banyak orang yang sebetulnya mengalami masalah kecemasan, sadar maupun tidak.

“Gejala gangguan cemas banyak di alami oleh manusia zaman sekarang,” katanya melalui siaran pers.

Selain gaya hidup serba cepat, hal lain yang memicu kecemasan adalah lingkungan yang dinamis serta masalah pemanasan global. Hal ini belum ditambah dengan kondisi spesifik yang berkaitan dengan orang tersebut. 

Faktor genetik bawaan, kepribadian, dan kondisi lingkungan adalah hal-hal yang berkaitan dengan munculnya gangguan jiwa pada seseorang, termasuk masalah kecemasan.

Menurutnya, kecemasan merupakan suatu masalah yang berkaitan dengan timbulnya gejala-gejala sistem saraf otonom di dalam tubuh. Biasanya kecemasan ditandai dengan dua komponen gejala yaitu fisik dan psikologis.

Gejala fisik yang dapat muncul yaitu jantung berdebar, diare, pusing, berkeringat dingin, sesak napas, mual dan lain-lain. Sementara itu, gejala psikologis mencakup perasaan khawatir, waswas, gugup atau ketakutan.

Dalam praktek sehari-hari, beberapa diagnosis gangguan cemas yang sering ditemukan adalah gangguan cemas menyeluruh, gangguan cemas panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pascatrauma, fobia sosial dan fobia spesifik.

“Sebenarnya, setiap manusia mempunyai karakter dan berbagai mekanisme defence, di mana akan membentuk pola yang bersangkutan dalam menghadapi kecemasan yang dialami,” katanya.

Jika karakter yang dimiliki positif dan mekanisme defence yang digunakan tepat, individu tersebut mampu menghadapi dan mengendalikan gangguan dengan baik.

Namun apabila yang terjadi kebalikannya, justru dapat menimbulkan rasa kecemasan atau ketegangan yang terus-menerus.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan sekitar 16 juta orang atau 6% dari populasi penduduk Indonesia mengalami gangguan mental emosional seperti cemas, depresi dan psikosomatik.

Psikiater dari Klinik Psikosomatik Rumah Sakit OMNI Alam Sutera Tangerang Andri mengatakan jika kecemasan tidak ditangani dengan baik, maka dapat berakibat depresi atau gejala gangguan jiwa lainnya.

“Dengan pengendalian kecemasan yang baik, tingkat produktivitas seseorang pun dapat terjaga untuk hidup yang lebih berkualitas.”

DAPAT DISEMBUHKAN

Dia menjelaskan kasus-kasus gangguan jiwa seperti cemas dan depresi dapat disembuhkan. Namun, pasien seringkali menunggu terlalu lama untuk datang ke pelayanan kedokteran jiwa karena merasa malu atau karena keluhan dominannya adalah gejala fisik.

Menurut Andri, terapi pada praktik psikiatri bisa dengan menggunakan obat atau psikofarmakologi dan dengan tanpa obat atau dengan cara psikoterapi.

Kombinasi dari terapi psikofarmakologi dan psikoterapi dapat diterapkan bersamaan kepada pasien yang mengalami masalah gangguan jiwa.
Terapi psikofarmakologi dalam pengobatan gangguan cemas dapat menggunakan obat antidepresan golongan SSRI (Serotonin Selective Reuptake Inhibitor) dan golongan benzodiazepin seperti Alprazolam.

Penggunaan obat antidepresan dari golongan serotonin seperti Sertraline, Fluoxetine, Escitalopram atau golongan serotonin-norepinefrin seperti

Venlafaxine dan Duloxetine merupakan pilihan terapi lini pertama. Obat ini dapat bekerja dengan cepat setelah dikonsumsi.

Penggunaan obat-obatan golongan tersebut harus di bawah pengawasan dokter ahli untuk mendapatkan dosis dan pengobatan yang tepat.

Sementara itu, terapi psikoterapi berupa terapi kognitif dan perilaku. Contohnya relaksasi, meditasi, bertemu dengan teman-teman, olahraga dan lain sebagainya. Jenis terapi ini juga secara ilmiah terbukti dapat membantu mengatasi masalah gangguan cemas dan depresi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bisnis Indonesia (14/11/2015)
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro