Bisnis.com, JAKARTA -- Fasilitas pemeriksaan mata dan optik selayaknya tidak menyamakan perlakuan terhadap anak-anak dengan perlakuan terhadap orang dewasa. Pasalnya, anak-anak membutuhkan perlakuan berbeda untuk menangani kesehatan mata.
Pada kasus mata minus, anak butuh kacamata yang benar sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berkala setiap 6 bulan sekali. Jika tidak, menurut Alexander F Kurniawan, Chairman PT Optik Tunggal Sempurna, tingkat minusnya bisa bertambah 1 minus setiap tahun.
Kondisi itu sangat berbeda dengan kasus orang dewasa. Mereka yang berusia 20 tahun ke atas mengalami penambahan minus yang tidak terlalu banyak sehingga bisa saja diperiksa dengan rentang waktu yang jauh labih lama, seperti 1 tahun sekali.
Perbedaan lainnya adalah perilaku pada saat menjalani pemeriksaan. Biasanya, anak-anak tidak akan betah terlalu lama mempertahankan fokus matanya saat diperiksa. Ini salah satu tingkat kesulitan melakukan pemeriksaan mata kepada anak.
“Melayani customer kecil lebih sulit dari orang dewasa. Customer cilik tuntutanya lebih tinggi dari orang dewasa,” ujar Alex.
Dia melanjutkan, dalam kondisi lain, pada banyak kasus, guru tidak menyadari tiba-tiba ada anak memiliki nilai pelajaran yang sangat rendah. Guru juga kadang memberikan penilaian bandel atau nakal kepada seorang anak yang sering pindah tempat duduk ke depan.
Padahal, bisa saja itu terjadi karena si anak tidak bisa melihat dengan jelas papan tulis dari belakang sehingga dia pindah ke depan dan setelah itu kembali duduk di belakang. Persepsi guru terhadap anak yang ‘maju mundur’ tersebut adalah mencari masalah atau bandel.
Kenyataannya, mereka membutuhkan jarak yang lebih dekat agar penglihatannya lebih jelas. Banyak sekali persepsi yang salah dari orang tua atau guru di sekolah.
“Karena itu sayang sekali kalau tidak bergerak dari sekarang memulai memberikan penyuluhan kepada orang tua dan guru mengenai pentingnya pemeriksaan mata anak secara berkala. Orang tua sering kali berpikir anak-anak tidak perlu menjalani pemeriksaan mata secara rutin,” lanjutnya.
Orang tua sering berpikir bahwa sepanjang anak-anak tidak mengeluh, pemeriksaan tidak dilakukan. Padahal anak-anak belum paham kondisi normal penglihatan dan kapan waktu yang tepat untuk mengeluh. Sangat jarang anak-anak langsung mengeluh saat merasa penglihatannya terganggu.
Kebutuhan-kebutuhan perlakuan khusus terhadap anak itu pun menjadi ide mendirikan outlet kacamata khusus untuk anak. Dia yakin layanan ini merupakan hal yang baru karena belum ada satu optik pun di Indonesia yang mau berkonsentrasi khusus kepada anak-anak.
Pada gerai optik ini, para petugas bukan hanya berkemampuan melakukan layanan pemeriksaan mata, tetapi juga diberikan ketrampilan menghadapi perilaku anak-anak sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan akurat.
Outlet bernama Optik Tunggal Next Generation tersebut dikhususkan bagi anak-anak berusia 14 tahun ke bawah. Pada outlet ini pemeriksaan dan pelayanan lain dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit sehingga pelanggan tidak perlu kembali lagi.
Fasilitas khusus anak dalam layanan kesehatan mata pun bukan hanya diberikan oleh optik, tetapi juga rumah sakit seperti Jakarta Eye Center (JEC). Dokter JEC Damara Andalia memaparkan, pihaknya menyediakan berbagai fasilitas yang ‘ramah anak’.
Ada juga ruang pemeriksaan mata dalam pembiusan (Examination Under Anaesthesia/EUA) untuk anak-anak yang tidak kooperatif atau bagi mereka yang berkebutuhan khusus yang sulit diperiksa matanya.
Rumah sakit juga memiliki psikolog yang menangani perubahan dan perkembangan jasmani, perilaku serta fungsi mental dan emosional anak. Selain itu tersedia juga tes IQ, tes bakat dan konsultasi bagi orang tua yang anaknya berkebutuhan khusus atau mengalami gangguan mata low vision/blind.