Bisnis.com, JAKARTA--Film-film pendek karya pelajar yang mengangkat kisah korban tragedi kemanusiaan tahun 1965 berhasil menjadi juara pada Festival Film Purbalingga (FFP) 2018 ini.
Film Fiksi Terbaik disabet “Melawan Arus” yang disutradarai Eka Saputri dari SMK Negeri 1 Kebumen. Film yang difasilitasi Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini berkisah tentang sepasang suami istri yang mempertahankan hak atas tanah namun difitnah keturunan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Yono, sang suami, patah semangat untuk bertahan di tanah yang menjadi sengketa dengan aparat. Dia lalu mengajak istrinya, Siti untuk pindah. Siti tetap bertahan dengan pendiriannya dia tetap tinggal dan bercocok tanam disana. Film berdurasi 10 menit ini meriset konflik tanah di Urut Sewu, Kebumen.
Menurut salah satu juri fiksi, Teguh Trianton, film “Melawan Arus” berhasil mengeksplorasi sisi-sisi psikologis penonton.
“Film ini dapat menyisakan perenungan yang dalam dan menyisakan pertanyaan yang jawabannya dapat dicari di luar film," tutur Teguh dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Minggu (5/8).
Sebagai sutradara film, Eka mengatakan ingin memperlihatkan tentang keberanian para petani Urut Sewu dalam mempertahankan hak tanah miliknya.
“Kami berharap film kami dapat menginspirasi penonton bagaimana keberanian masyarakat petani di Urut Sewu dalam mempertahankan hak atas tanah,” tutur Eka Saputri.
Film belatar belakang 1965-an yang berhasil menang adalah film Dokumenter “Sum” yang disutradarai Firman Fajar Wiguna, dari SMA Negeri 2 Purbalingga. Film berdurasi 15 menit ini bercerita tentang perempuan bernama Suminah bekas aktivis Barisan Tani Indonesia (BTI). Setelah menghuni penjara selama 13 tahun, Sum hidup dalam kesendirian. Dikisahkan dia terus menunggu berbaliknya realita zaman.
Dalam catatan dewan juri dokumenter, film “Sum” tersusun melalui pilihan-pilihan gambar yang estetis dan rangkaian penuturan informasi yang jelas.
“Sebagai upaya komunikasi visual, film ini memperkaya bahasa tentang sejarah nasional melalui perspektif akar rumput sekaligus korban yang berdampak oleh ekses pertarungan politik di tingkat nasional,” jelas Adrian Jonathan Pasaribu, salah satu juri.
Sebelumnya, film yang mengangkat kisah 1965-an juga pernah berjaya di FFP 2016. Yakni 'Izinkan Saya Menikahinya', Produksi SMA Negeri Rembang Purbalingga yang meraih Film Fiksi Terbaik FFP 2016.
Lalu 'Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal!' Produksi SMA Negeri Rembang Purbalingga yang berhasil membawa pulang piala Film Dokumenter Terbaik FFP 2016.