Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable{mso-style-name:"Table Normal";mso-tstyle-rowband-size:0;mso-tstyle-colband-size:0;mso-style-noshow:yes;mso-style-priority:99;mso-style-qformat:yes;mso-style-parent:"";mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;mso-para-margin:0in;mso-para-margin-bottom:.0001pt;mso-pagination:widow-orphan;font-size:11.0pt;font-family:"Calibri","sans-serif";mso-ascii-font-family:Calibri;mso-ascii-theme-font:minor-latin;mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-hansi-font-family:Calibri;mso-hansi-theme-font:minor-latin;mso-bidi-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Oleh Herry Suhendra
JAKARTA: Balai lelang Sidharta Auctioneer akan menyelenggarakan lelang bertema Javanese Antique Furniture and Folk Art Auction dengan menawarkan 369 benda antik pada 5 Februari 2011.
Semua benda yang dilelang ini merupakan milik kolektor David B. Smith asal AS yang sejak awal 1990-an mengumpulkan antik dengan mengunjungi desa-desa di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kebanyakan koleksinya bukanlah tipe antik keratonan yang halus, tapi lebih banyak yang berasal dari Jawa Timur, dengan gaya "kerakyatan" yang dibuat secara lebih spontan dan berkarakter.
Barang yang dilelang berupa meja-meja, kursi, lemari, dan bangku. Selain itu juga obyek ritual seperti tokoh patung pernikahan, lampu wayang kulit, kuda bermain, drum celah, papan keris, tombak dan gong, serta barang-barang sehari-hari seperti panel, lampu minyak, kotak sirih dan pembagi ruang dengan estimasi Rp 2 juta-Rp 150 juta.
Koleksi ini sebagian ditampilkan dalam buku Javanese Antique Furniture and Folk Art, yang teksnya ditulis Bruce Carpenter. Setelah hidup dengan koleksi ini selama sekitar 20 tahun, Smith merasa bahwa sudah waktunya koleksi ini mendapat "rumah" baru, kata pimpinan Sidharta Auctioneer Amir Sidharta hari ini.
Bagaimana Smith bisa mengkoleksi ratusan benda antik dari Jawa?Kisahnya secara kebetulan Smith pada tahun 1989 bergabung dengan James Tirtoprodjo, dealer barang antik dari Blitar dalam perjalanan ke Ponorogo, Jawa Timur.
Awalnya seni dari daerah ini dianggap kasar . Motifnya terdiri dari adu ayam, ular naga primordial, binatang hutan menakutkan dan tokoh disamarkan dari nenek moyang Jawa pra-Hindu dengan desain menggabungkan simbol seperti matahari Majapahit, pohon hayat dan kura-kura kosmis. Benda ini dijuluki "Java primitif" oleh penggemar barang antik dan gaya Ponorogo lebih besar, kasar, lebih berani dan lebih asimetris dengan karakter maskulin yang berbeda yang secara radikal dibandingkan gaya feminin lebih canggih dari Jawa Tengah.
Tetapi kejaiban muncul setelah diperhatikan daya tarik fisik dan tingkat integritas artistiknya tinggi. Semua benda yang diperoleh Smith dan mentornya Tirtoprojo merupakan apa yang mereka idamkan. Selama 15 tahun , dimulai pada awal 1990-an, mereka dan rekan-rekan kerja mereka menyisir daerah pedalaman Jawa Timur untuk berburu barang antik.
Belakangan, David Smith menyadari bahwa dia tidak akan bisa menggunakan koleksi mebel antik Jawanya di rumahnya di Pulau Vashondi negara bagian Seattle, AS dan memutuskan untuk melelang semua koleksinya .Smith berharap orang lain dapat memelihara dan menghargai benda-benda ini, kata Amir Sidharta.