Satu ide lukisan bisa menghasilkan varian-varian imaji visual yang beragam, tetapi dalam satu koridor yang sama. Presentasi karya dalam pameran ini juga menunjukkan kecenderungan metode studi tentang subjek dan pendekatan artistik, kata kurator Alia Swastika.
Tommy Wondra memilih warna perak lebih didasarkan pada keinginan untuk mencari apa yang mungkin dilakukan terhadap warna yang tidak banyak dipakai dalam lukisan ini. Efek kilap yang muncul ketika warna ini ditorehkan pada kanvas dan kesulitannya untuk memberikan perpaduan warna yang tepat membuat banyak seniman menghindar dari penggunaan warna perak dalam lukisan.Tommy, sebaliknya, ingin mencari kemungkinan visual yang baru dari warna perak.
Pendekatan terhadap fenomena artistik sesungguhnya merupakan pernyataan baru dalam proses kreatif yang digarisbawahi Wondra. Pada karya-karya sebelumnya, misalnya menunjuk pada dua pameran yang diselenggarakan oleh Edwin's Gallery, kita bisa melihat bahwa Wondra banyak berkutat dengan soal teknis untuk menggambarkan objek-objek sepele yang seperti nir-makna, kata Alia.
Pada seri-seri terdahulu, saya mengeksplorasi benda-benda seperti batu, benang, tiang listrik, kabel dan beberapa kali menggambarkan lanskap. Saya bergelut dengan ketrampilannya untuk bermain dengan realisme, menggambarkan benda-benda sepele tersebut dengan keinginan menampilkannya sebagaimana aslinya, dengan konteks realitas yang berbeda, kata Tommy Wondra.
Dengan cara mengeluarkan dari kenyataan sehari-harinya, dan memberikan konteks latar belakang yang berarti konteks realitas yang baru, Wondra mencoba mempengaruhi cara kita melihat dan memberi makna pada benda-benda.
Model ini memang berbeda dengan kecenderungan lukisan konseptual (conceptual painting) yang lebih berupaya untuk mendobrak makna atau cara memandang lukisan, atau mempertentang makna dan definisi yang sudah mapan tentang lukisan sebagaimana yang tercatat dalam sejarah seni.
Pada sebagian besar lukisan pada pameran ini, terlihat penutup luka, hampir mencuri fokus perhatian. Wondra melihat penutup luka kini menjadi realitas yang tak terhindarkan, sehingga dia perlu untuk menonjolkannya.
Yang bopeng dan tambal sulam kini muncul di permukaan, menggantikan yang mulus dan penuh keindahan, sehingga kita terus diingatkan pada memori atas realitas visual yang harus mulai diakrabi. (ea)