Show

Krishna Aditya pamerkan foto Arsitektur Jepang

Inria Zulfikar
Sabtu, 10 September 2011 - 17:53
Bagikan

JAKARTA: Arsitek yang juga fotografer Krishna Aditya memajang karya fotografi dan diskusi  dengan tema “Japan Architecture in My Frame” di Danes Art Veranda pada tadi malam.“Bagi Krishna kunci sukses seorang arsitek adalah sebanyak-banyaknya melihat dunia dan fotografi menjadi media kunci yang menghubungkan dunia arsitektur dan dunia travelling,” kata juru bicara Danes Art Riri Prabandari.Melalui lensa kameranya Krishna dapat mengambil sudut-sudut dengan komposisi menarik yang kadang terluput oleh mata biasa. Dengan memahami filosofi ini arsitek menjadi lebih peka terhadap skala ruang, serta terus melatih rasa tentang keindahan.Dedikasi inilah yang memotivasi Krishna untuk pergi ke Negeri Sakura baru-baru ini untuk melihat dunia yang lain dengan mengunjungi karya maestro arsitek seperti Tadao Ando, Kengo Kuma, Sou Fujimoto dan Ryue Nishinawa.Apa kesan yang ingin disampaikan melalui foto – foto yang dipamerkan? “Sebagai seorang arsitek, kita dapat menjadikan fotografi sebagai sebuah media pembelajaran. Kita dapat membagikan apa yang kita lihat terhadap orang lain melalui foto – foto tersebut,” kata Krishna.Ekskursi arsitektur Jepang ini telah membuat jiwa fotografinya berteriak untuk mengabadikan setiap detil serta pengalaman ruang, mencari angle, dan  merekamnya lewat kamera.Menurut Krishna pengalaman adalah guru yang sangat berharga, namun akan lebih berharga ketika kita membagikannya kepada orang lain. “Di hari esok ketika mungkin kita sudah lupa, semoga masih ada orang yang mengenangnya,” kata Krishna.Mengapa dari setiap bangunan terlihat sepi, dan hening?“Lokasi bangunan tersebut memang tidak ramai, terpencil, dan tidak ada kendaraan umum, akses hanya menggunakan sepeda,” kata Khrisna. Selain itu, kondisi tersebut justru membuat Krishna, yang juga seorang fotografer, lebih dapat mengeskplor bangunan tersebut.Apakah pada desa tradisional yang disinggahi Krishna terdapat sistem bangunan komunal seperti yang ada di desa tradisional Bali (Banjar / Bale)?.“Dari apa yang saya lihat tidak ada bangunan komunal, yang ada hanyalah bangunan peribadatan yang memiliki ciri khas yaitu memiliki massa bangunan yang lebih besar.”Dalam hal ini Krishna  membagi pengalamannya saat dia berkunjung ke Nagasaki, Pulau Teshima. Krishna Aditya lahir di Jakarta 27 Agustus 1985. Selain berkuliah di jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara Jakarta, Krishna juga aktif dalam berbagai aktivitas nonformal, di antaranyadalam majalah arsitektur ‘Sketsa” sebagai pemimpin umum, serta aktif tergabung dalam grup fotografi PFT.Krishna juga pernah memenangkan berbagai kompetisi fotografi seperti mendapatkan juara I pada Lomba Foto Arsitektur “Spirit of Architecture” (2008), juara I Rally Photo Kota Denpasar (2010) dan juga penghargaan internasional seperti PSS Merit Award dari Singapura (2009). Saat ini Krishna bekerja di salah satu biro arsitek Bensley Design Studios.(api) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro