Bisnis.com, JAKARTA - Film dari Indonesia, Nusantara, berhasil memenangkan Penghargaan Film Dokumenter Terbaik di Festival Film Cannes 2025.
Film ini terinspirasi dari gagasan Mayjen TNI Lukman Ma'ruf dan Letkol. Yudi, dengan Helmy Yahya sebagai produser eksekutif, Indra Yudhistira sebagai produser, dan Roma Nebo sebagai produser kreatif.
Film ini diperankan oleh mantan Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal (pur) A.M. Hendropriyono sebagai Gajah Mada, yang berperan memimpin pasukan sambil mengacungkan pedang dan memberi semangat kepada pasukannya, menyerupai adegan pertempuran sesungguhnya.
Naskah film ini ditulis oleh Reinhard Tawas, sementara Ruslan Is menjadi konsultan sejarah senior bersama dengan Oleks Kozh, dan Ara Arush sebagai sutradara, dan editor suara, serta Alexis Nova sebagai pembuat film.
Cerita ini selanjutnya dinarasikan dalam bahasa Inggris oleh Pitan Daslani, sementara Devi Erna Rachmawati memainkan peran sebagai Maharani Tribhuwana Wijayatunggadewi, penguasa ketiga di Kerajaan Majapahit
Sinopsis Nusantara
Film bergenre thriller ini mengisahkan perjuangan pahlawan Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, dari masa kecilnya hingga Maharani Tribhuwana Wijayatunggadewi mengangkatnya sebagai Perdana Menteri, atas atas upayanya menyatukan apa yang sekarang menjadi negara kepulauan terbesar di dunia, dalam mewujudkan Sumpah Palapa-nya yang sakral.
Gajah Mada bersumpah untuk tidak menikmati buah Palapa-yang secara simbolis berarti tidak beristirahat dalam kesenangan-sebelum Nusantara dipersatukan sebagai sebuah negara.
Dia kemudian melakukannya dengan sukses, menyatukan sebagian besar kawasan Asia Tenggara, bahkan di luar batas wilayah Indonesia saat ini.
Diproduksi dengan AI
Film yang diproduksi sepenuhnya dengan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dan sarat dengan adegan pertempuran kolosal yang dipimpin Gajah Mada.
Film ini juga menjadi salah satu mahakarya studio produksi Neyra Vision yang berbasis di Jakarta.
Nebo mengatakan bahwa memenangkan Penghargaan Film Dokumenter Terbaik dalam festival film bergengsi tersebut merupakan bukti nyata bahwa cerita Indonesia dapat bergema di panggung dunia ketika teknologi menyingkirkan semua hambatan.
"Sekarang kami menyerahkan perangkat itu kepada gelombang kreator berikutnya," ungkapnya, dikutip dalam keterangan resmi, Jumat (30/5/2025).
Dalam pengumuman hasil akhir Festival Film Cannes 2025 pada 23 dan 24 Mei, Panitia mengumumkan pemenang untuk sembilan kategori teratas sebagai berikut:
• Dokumenter Terbaik: Nusantara
• Animasi Terbaik: The Dream
• Iklan Terbaik: Givenchy
• Film AI Super Panjang Terbaik: Gengis Khan
• Film Pendek Terbaik: Mike El Jack Seon
• Film Pendek AI Terbaik: Bones of Yew
• Film AI Panjang Terbaik: A Day in the Dream
• Video Klip Terbaik: Croquette Crew
• Penghargaan Spesial Dewan Yuri diberikan kepada film End of the World.
Film Indonesia telah berkali-kali mengikuti Festival Film Cannes, tetapi film Indonesia pertama yang memenangkan penghargaan di sana adalah film pendek "Prenjak", yang juga dikenal sebagai In the Year of the Monkey karya sutradara Wregas Bhanuteja.
Film ini sempat memenangkan Leica Cine Discovery Prize untuk Film Pendek di bagian Critics' Week pada 2016.
Film-film Indonesia terkenal lainnya yang pernah ditayangkan di Festival Cannes termasuk "Daun di Atas Bantal" (1998), "Serambi" (2006), dan "Fox Exploits the Tiger's Might" (2005), tetapi film-film ini tidak memenangkan penghargaan.
Hingga 2025, Indonesia terus berpartisipasi aktif di Festival Cannes dengan film-film seperti "Renoir" yang bersaing dalam kompetisi utama, dan "Pangku" yang dipilih untuk program HAF Goes to Cannes, tetapi belum ada film Indonesia lain yang memenangkan penghargaan utama di festival film tersebut.
Oleh karena itu, Penghargaan Film Dokumenter Terbaik untuk Nusantara telah membawa pulang kebanggaan besar bagi bangsa Indonesia, yang membuktikan naiknya keahlian AI Indonesia ke atas pentas industri film global.