JAKARTA: Danes Art Veranda malam ini 4 November 2011, menyelenggarakan diskusi tentang arsitektur dalam program Architects Under Big 3, menampilkan pembicara I Putu Adi Widiantara.I Putu Adi Widiantara, akrab dipanggil Adi Wiwid. Lahir 24 tahun silam dan menempuh studi arsitekturnya di Jurusan Arsitektur Universitas Udayana. Selepas masa studinya, dia sempat bergabung dengan sebuah biro arsitek di Bali, Bale Legend.Pada tahun 2010 Adi Wiwid mendapatkan penghargaan sebagai 20th Young Asian Artist versi Imagine FX Magazine. Saat ini dia berarsitektur di Jakarta bersama tim di Andramatin Architects.“Dalam diskusi malam ini Adi Wiwid berbicara dengan tema Hitam Putih,” kata manager Danes Art Veranda Riri Prabandari hari ini.Maraknya berbagai publikasi arsitektur, mulai dari rubrik di koran, tabloid, hingga coffee table book yang menampilkan arsitektur dalam bungkus kemewahan dewasa ini, membawa sebuah pertanyaan pada Adi Wiwid.Seperti itukah pandangan masyarakat tentang arsitektur? Hanyakah sebatas menumpuk bata, melapisnya dengan semen, kemudian diisi dengan interior yang indah? Menurut Adi Wiwid, pandangan seperti itu sangat dangkal.Mengecewakan ketika banyak publikasi yang menghilangkan makna kata “keindahan”, “pesona”, “tersihir”, “intim”, “takjub”, “sunyi”. Intisari dari ruang adalah kekosongan, sepi, dan sunyi semakin dilupakan.Menurut Adi Wiwid, arsitektur itu adalah kemampuan arsitek, untuk memberi rasa ruang berbeda dan menguasai psikologis pengguna dengan memainkan cahaya dan mengubahnya menjadi bayangan dalam ruang – ruang bentukan denah dan potongan.Oleh karena itu, arsitek selalu memodifikasi bentuk dan arah bukaan, mulai dari bulat, segitiga, kotak, pipih, lebar, tinggi, atau tidak beraturan sekalipun.Dalam arsitektur, hanya ada dua konfigurasi ruang yang memungkinkan. Ruang yang melingkupi dirinya sendiri dan ruang yang bertautan dengan ruang lainnya dalam sebuah kontinuitas.Selama ini, jika ditanyakan mengenai definisi ruang, Adi Wiwid tidak pernah menemukan rangkaian kalimat yang tepat untuk menjawab karena menurutnya ruang hanya bisa dirasakan, bukan untuk didefinisikan. Hanya dengan cahaya dan bayangan kita mampu menjamah ruang dengan emosi, rasa, dan jiwa.(api)
Show
Danes Art gelar diskusi arsitektur Hitam Putih
Penulis : Inria Zulfikar
Editor : Lingga Sukatma Wiangga