Show

PRASASTI TUNGKU TIGO pudar termakan usia

News Editor
Rabu, 28 Maret 2012 - 05:17
Bagikan

TANAH DATAR: Tulisan dengan huruf-huruf Sanskerta pada situs Tungku Tigo Sajarangan di Nagari Tuo Pariagan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat telah memudar termakan usia.Pantauan di Situs Cagar Budaya Tungku Tigo Sajarangan di Nagari Tuo Pariagan, Selasa, menunjukkan, huruf-huruf Sanskerta di situs berupa batu alam runcing berukuran raksasa itu tampak sudah memudar bahkan sepintas sulit terlihat.Tulisan Sanskerta itu baru terlihat jika diamati secara seksama. Tulisan yang tidak dimengerti orang awam itu terukir di batu dan tersusun rapi.Memudarnya tulisan itu karena tertutup debu dan kurang perawatan. Di batu tersebut bahkan terlihat bintik-bintik ceceran cat berwarna biru dari kegiatan pengecatan kayu-kayu atap bangunan penutup situs budaya tersebut.Pengecatan tersebut dilakukan beberapa waktu lalu, namun karena kurang cermat dan teliti banyak ceceran cat jatuh dan berserakan dalam bentuk bintik-bintik di batu prasasti itu.Menurut Wali Nagari Pariagan A. Khatib Saidi, situs Tungku Tigo Sajarangan di Nagari Tuo Pariagan berjumlah tiga buah membentuk segi tiga dengan jarak masing-masing batu 500 meter.Tiga prasasti dari batu-batu raksasa itu sebagai tanda pembentukan wilayah penyebaran adat dan masyarakat etnis Minangkabau tempo dulu, yang dipecah menjadi tiga wilayah yakni Luak Tanah Datar, 50 Kota, dan Agam yang ketiganya kemudian menjadi daerah administrasi kabupaten hingga saat ini.Memudarnya tulisan Sanskerta di tiga prasasti Tigo Tungku Sajarangan juga pernah diungkapkan peneliti arsitektur Minang dari Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Bung Hatta, Eko Alvares.Menurut dia, tiga batu prasasti tersebut telah dipagar dan dilindungi pemerintah sebagai salah satu situs cagar budaya.Dari cerita masyarakat setempat, terdapat sumber air panas yang terletak di tengah-tengah antara ketiga batu tersebut. Air panas itu dipercaya sebagai air yang dimasak oleh sebuah tungku yang terbuat dari susunan tiga batu tersebut.Alvares menjelaskan, Nagari Pariangan yang memiliki wilayah seluas 17,97 kilometer persegi itu telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu objek wisata khususnya wisata budaya.Nagari ini terletak di lereng Gunung Marapi pada ketinggian 500 hingga 700 meter di atas permukaan laut. Pariangan terdiri atas empat koto dengan tujuh suku yakni Koto, Piliang, Dalimo, Sikumbang, Pisang, Malayu, dan Guci. (Antara/arh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Newswire
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro