Show

SKETSA JAKARTA dipamerkan malam ini

Inria Zulfikar
Rabu, 6 Juni 2012 - 12:30
Bagikan

JAKARTA: Bentara Budaya Jakarta (BBJ) menyelenggarakan pameran sketsa dengan tema “Jakarta” yang menggambarkan  suasana dari berbagai pelosok Ibukota  mulai malam ini Rabu 6 Juni 2012.

 

Pameran yang berlangsung sampai 13 Juni 2012 ini menampilkan karya dari Amrus Natalsya, Daoed Joesoef, GM Sudarta, Indah Arsyad, Ipe Ma’roef, Ipong Purnama Sidhi, Kp Hardi Danuwijaya, Magdalena Agung,  Misbah Tamrin, Oji Lirungan, Teguh Ostenrik, Yahya TS, Yoes Rizal dan Yusuf Susilo Hartono.

 

Apa yang segera diingat bila kita bicara soal Jakarta? Kemacetan di segala penjuru kota, nyaris tak menyisakan sepetak ruang pun karena diserobot para pengendara sepeda motor yang jumlahnya kian hari semakin mencengangkan. 

 

Atau hilangnya ruang publik  seperti lapangan bola, ruang fasilitas umum, ruang bermain anak-anak, yang segera digantikan gedung-gedung pencakar langit atau mall-mall. 

 

Ingatan kita segera merujuk  juga nasib kaum urban Jakarta yang bila sore hari hujan deras mengguyur Jakarta, maka banjir akan menyiksa perjalanan pulang ke rumah. 

 

Belum lagi tingkat kriminalitas yang semakin  menggila tak hanya di segi  kuantitas tapi juga kualitas kesadisannya. 

 

Jakarta tetap saja bagai lampu petromaks yang mencorong  yang membius  laron-laron yaitu  para kaum urban untuk mengais rejeki di kota berpenduduk nyaris 10 juta orang ini. 

 

Kali ini, beberapa perupa yang berdomisili di Jakarta  menyajikan gambaran tentang Jakarta menurut versi mereka yang diekspresikan di atas kertas dalam teknik  sketsa.

 

Pengertian sketsa bukan lagi sebagai pra berkarya, namun sketsa adalah seni mandiri yang lewat garis dapat mengolah beragam perasaan seperti marah, sedih, gembira, kontemplatif, senang, geram atau semacamnya.

 

Dengan tinta cina, pinsil, pena kodok, kuas, charcoal, mereka merekam Jakarta dalam teknik kegarisan yang esensial sebagai inti jiwa seni sketsa.

 

Tak banyak lagi perupa yang bekerja dengan sketsa karena salahkaprah pemahaman di masyarakat bahwa semua karya di atas kertas tetap dianggap inferior.

 

Tapi juga muncul komunitas sketser militan  yang tak lekang digerus jaman komersialisasi lukisan-lukisan dengan harga fantastis, tak membuat mereka undur bekerja dengan keseriusan, disiplin dan keasyikan lewat sketsa. (Bsi)

Penulis : Inria Zulfikar
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro