JAKARTA: Perupa Dedy Sufriadi menyelenggarakan pameran tunggal di di Philo Art Space dengan tema “The World of Words” dengan menampilkan sejumlah karya terbaru yang dibuka untuk umum mulai hari ini, Minggu (2/12).
“Ini sebuah tema besar yang mengacu pada pemahaman mengenai sebuah dunia yang penuh makna,” kata curator Tommy F. Awuy.
Sudah sejak lama orang Yunani Kuno mengenal dunia itu dengan sebutan “logos”, bisa kita terjemahkan sebagai ‘kata’, atau ‘ucapan’, juga bisa kita artikan sebagai ‘tatanan’, ‘sistem’, ‘prinsip keteraturan’, dan sejenisnya.
Dengan pengertian di atas membuat kita maklum bagaimana munculnya ilmu pengetahuan sangat tergantung pada kata ‘logos’ itu yang pada filsafat Aristoteles menjadi sebuah rangkaian dari kalimat-kalimat yang terkait erat satu dengan lainnya sebagai “logika”.
Logos bagi Dedy Sufriadi divisualisasikan sebagai garis yang mendasari munculnya rupa. Logos pada dasarnya adalah abstrak, dunia bentuk, yang hanya bisa didekati lewat komunikasi, bagaimana logos itu menyatakan diri.
Alam, benda-benda dari mana kita melihatnya sebagai bentuk atau konsep, tak lain merupakan logos.
Logos selayaknya bahasa, sebuah modus bagaimana kita mengekspresikan keinginan, maksud atau kehendak. Angka atau huruf bagian dari logos yangmenampak dan membuat kita mampu menyampaikan atau memahami sesuatu.
Dedy Sufriadi memilih logos sebagai huruf dan terkadang angka untuk menunjukkan bahwa dunia senirupa merupakan sebuah disiplin yang fleksibel,bahwa garis bisa dibuat apa pun sesuai dengan keinginan.
“Dengan huruf dia bebas menulis kembali teks-teks historik, Descartes, Nietzsche, dan lain-lain, sebagai pencapaian rupa yang jelas berbeda dengan sekedar menarik garis,” kata Tommy F. Awuy.
Lukisan Dedy Sufriadi tak lain menampakkan secara blakblakkan bagaimana lapisan-lapisan imajiner itu menciptakan realitas tekstual yang kesehariannya tersedia untuk dibaca terus-menerus. Pamerannya berlangsung sampai 15 Januari 2013. (arh)