BISNIS.COM, JAKARTA: Indahnya bunga nampaknya paling menyentuh Kartini; bukan sekedar sebagai penjelmaan nabati, melainkan juga sebagai lambang suasana hati.
Inilah kiranya yang berkesan terhadap para juri tatkala menetapkan pemberian penghargaan bagi Kartini sewaktu ikutserta dalam pameran Biennale Internationale d’Auvergne di Prancis pada tahun 1989. Begitulah prakata dari Mendikbud Fuad Hassan dalam buku berjudul Kartini yang diterbitkan pada 1991 dan ditulis oleh kritikus seni Kusnadi.
Kartini Basuki memang tidak lepas dari bunga dalam proses berkeseniannya. Bunga dilukisnya dengan berbagai variasi. Ada bunga yang tampak sedang merekah, ada juga vas dengan bunganya dan kebun di sekeliling rumahnya yang luas dengan aneka bunganya.
Sejak pameran pertamakalinya pada 1987 sampai pada pameran tunggalnya yang digelar di Four Seasons Hotel Jakarta pada 22 April-10 Mei 2013, bunga menjadi objek kesukaannya, selain lanskap dan potret diri. Acara peresmian pameran lukisan karya Kartini ini dilakukan oleh Ketua Yayasan Seni Rupa Indonesia, Titiek Soeharto, sekaligus peluncuran buku Kartini, 30 Years in Art yang diterbitkan oleh Hexart Publishing.
Pada pameran ini Kartini memajang 27 karya bertema bunga. Ada yang diberi judul Green Spirit, Spring, Mayestic Blue, Cloura Geous, Lotus, Alamandaat Dusk, Still Life, Cana’s dan lainnya. “Bunga-bunga yang kecil ini di close-up jadi besar di kanvas berukuran 150 x 150 Cm,” kata Kartini menjelaskan.
Kartini belajar melukis dari maestro S. Sudjojono yang dikenal sebagai “Bapak Seni Lukis Modern Indonesia” pada 1984. Sejak kecil kartini suka meyukai menggambar, sementara itu pada masa remajanya dia dikenal menekuni olahraga, sebagai pelari yang berprestasi nasional dan turut serta dalam tim Indonesia ke Asian Games V pada 1966 di Bangkok.
Kusnadi menulis dalam buku Kartini bahwa Kartini tergugah untuk lebih memperhatikan dan lebih menghayati seni lukis, terutama setelah secara spontan Sudjojono menawarinya untuk menuntun Kartini sebagai muridnya dalam seni lukis.
Pesan terpenting yang diterima Kartini dari Sudjojono sebelum wafat pada 1986 yang hanya sempat menuntun Kartini sekitar 1 tahun telah menjadi pegangan kuat Kartini.
Pesan itu adalah 2 dasar dalam sikap melukis. Pertama, pentingnya semangat yang bulat dalam melukis dan kedua percaya diri. Selain itu Sudjojono juga menekankan pentingnya melukis dengan kejujuran, yang banyak artinya.
Pada tahun 1986, Kartini juga bertemu dengan pelukis asal Belanda yang menetap di Bali, Arie Smit, yang banyak melukis lanskap dan kaya akan warna. Selain itu pelukis Sudarso dan Surono yang berkunjung dan melukis di rumahnya, sebelum Kartini mulai melukis. Hal itu tak pernah dilupakannya.
Dengan bekal teknik melukis dari sang maestro, dia berani menampilkan konfigurasi yang sesuai dan lembut dengan memadukan aneka warna serba kontras.
Pada lukisannya tampak suatu keberanian yang lepas dan penuh gairah pada bunga-bunga yang ditampilkannnya ini dengan warna-warni yang menonjol. Ada yang bunga merekah berwarna kuning, ada juga bunga merah yang “menggoda” mata dengan tekstur yang halus dan memiliki nuansa tersendiri.
Selain itu ada satu lukisan yang ditampilkan menggambarkan bagaimana bunga itu tumbuh subur dan menawan.
Apa yang ditampilkan Kartini Basuki dalam merayakan Hari Kartini, merupakan suatu dedikasi dan upaya dari seorang perempuan yang juga pelukis untuk memberikan apresiasi seni kepada khalayak. Selamat Hari Kartini, Selamat buat Kartini Basuki!