BIsnis.com, JAKARTA— Musik up beat yang keluar dari sebuah netbook menghentak di pelataran Taman Ismail Marzuki di suatu sore pekan ini. Sejumlah anak remaja tampak sibuk bergerak. Mereka menari. Sesekali kepala mereka berputar di lantai dengan posisi kaki mengacung ke atas. Breakdance, mereka menyebut gaya tari itu.
Dito Davino, salah satu dari mereka tampak berkeringat. Nafasnya ngos-ngosan. Dia tiba-tiba berhenti ketika saya datang menghampiri dan menyapanya. Remaja lain masih terus menari. Mereka, yang tergabung dalam komunitas Breaker Project Crew (BPC) tengah berlatih.
Pada 2006 lalu, Dito rupanya sudah akrab dengan break dance. Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, dia sudah terjun berlatih. Namun sempat vakum selama beberapa tahun. Alasannya, tidak ada partner dan teman yang memiliki hobi sama. Dito mengenal breakdance memang karena saat itu masih hangat-hangatnya menjadi tren di Indonesia. Beberapa suguhan musik yang ditayangkan MTV waktu itu kerap memutar lagu-lagu hip-hop. Lagu-lagu yang identik dengan break dance. Di situlah Dito mulai kepincut jenis tari ini.
"Pada 2009 saya mulai aktif lagi dan bertemu dengan orang-orang dari Breaker Project Crew. Sebelumnya, beberapa teman di SMP ada juga yang suka breakdance," ujarnya.
Bagi Dito, breakdance adalah sebuah seni tari yang juga bisa disebut sebagai olah raga. Gerak tubuh dan kelincahan seseorang dalam melakukan breakdance bisa membuat badan sehat. Seni tari ini pun memiliki estetika yang terkadang beberapa breaker—sebutan bagi pemain breakdance, menciptakan gerakan sendiri. Di BPC, Dito semakin leluasa mengeksplorasi gerak tubuhnya melalui breakdance.
Komunitas BPC dibentuk pada 2009. Kevin Judith Praditya, adalah si biang keladi mengapa komunitas ini berdiri. "Awalnya iseng-iseng bikin komunitas breakdance di SMP 4 Jakarta. Anggotanya cuma dua orang. Lama-lama, jadi makin banyak dan tertarik," katanya.
Kevin menceritakan, awal mula BPC berdiri, namanya sempat berganti-ganti. Dulu, pertama kali dibentuk komunitas ini diberi nama Freedom Crew. Sebuah nama yang memiliki filosofi sederhana, sebuah kebebasan dalam bergerak. Begitu kira-kira.
Lambat laun, ketika mereka sudah lulus SMP dan berpisah satu sama lain. Komunitas BPC ikut-ikutan redup. Namun bangkit kembali ketika mereka masuk beberapa sekolah SMA, malah semakin kompak. Memang, jumlah anggota sendiri dari waktu ke waktu mengalami pasang surut. Mereka pernah beranggotakan 50 orang lebih. Kini, meski anggota tersisa hanya sekitar 25 orang. Komunitas BPC masih terus berlatih dan sering berkumpul bersama.
Tempat berkumpul dan berlatih komunitas BPC di Taman Ismail Marzuki. Dalam setiap minggunya, mereka menghabiskan waktu. Mereka terbiasa sharing mengenai informasi terbaru dunia breakdance dan berbagi gaya baru yang diciptakan setiap anggota.
Hingga kini, beberapa anggota BPC sudah mengembangkan gaya breakdance sendiri. Beberapa gaya temuan tersebut antara lain Freeze Move atau gerakan yang cenderung diam tetapi breaker masih aktif bergerak. Gaya ini bisa dilihat ketika breaker diam berdiri namun tangan dan badannya berputar.
Ada juga gerakan Popping. Gaya ini masih bermain dengan menonjolkan gerak tangan. Si breaker dengan lihai menjadikan tangan seolah seperti gerak gelombang laut. Kadang dari kanan ke kiri kadang juga sebaliknya. Posisi gerakan ini indah terlihat saat si breaker berdiri tegak. Sementara tangan dan kepalanya ikut bergerak seperti gelombang ombak tadi.
Satu lagi, gaya yang diciptakan mereka adalah Hip-hop Lyrical. Gerak tari yang diciptakan yaitu mengikuti irama lagu hip-hop itu sendiri. Misal, jika lirik lagu pengiring mengucapkan kata ‘lompat’, maka si breaker akan beraksi melompat. Jika lirik lagu tersebut mengucapkan kalimat cinta, maka mereka juga akan berusaha menerjemahkan kalimat tadi dengan sebuah gerak yang unik.
Sejak berdirinya BPC, memang belum terlalu banyak prestasi yang dimiliki. Jika pun ada, hanya beberapa saja. Misal, pada 2012 lalu mereka berhasil meraih juara Mini Party Battle yang diadakan di SMA 1 Jakarta. Pada 2011 juga BPC menyabet juara Get Free Dance Competition di Jakarta.
Kevin menuturkan, komunitas BPC tidak hanya semata-mata sebuah komunitas yang berdiri sekadar kumpul-kumpul para pecinta breakdance. Di luar itu, kehadiran BPC ini juga diharapkan menjadi sebuah wadah para breaker untuk saling bersilaturahmi.
Dalam komunitas, sambung Kevin, memang tidak selalu berjalan mulus. Setiap konflik pasti terjadi baik datang dari hal sepele atau besar sekalipun. Tetapi BPC masih memiliki trik jitu guna membuat komunitas tetap kompak dan bersatu.
"Masalah internal pasti ada. Tapi kami punya cara sendiri saat ada sebuah perselisihan antar anggota. Kami suka merembukkan dan melakukan pertemuan terbuka. Membicarakan apa masalah yang di hadapi. Di situ sebuah solusi akan didapat," katanya.
Sementara, Dito menambahkan, komunitas BPC secara tidak langsung mengajarkan seni sekaligus kedewasaan seseorang. Di luar itu, bahkan komunitas ini bisa menghasilkan lahan pendapatan bagi sebagian anggota.
"Kadang bisa menjadi ajang memperoleh uang juga, karena beberapa anggota BPC suka banyak ditarik untuk tampil di beberapa event," pungkasnya. (ltc)