Bisnis.com, JAKARTA— Lulia Bumiardina, seorang ibu asal Jakarta tahun lalu mengikuti program dua anak. Dia memeriksakan ke dokter sebuah rumah sakit di Jakarta. Namun, setelah diperiksa rahimnya, ternyata terdapat cairan infeksi di saluran tuba atau yang biasa disebut hidrosalping.
Perempuan berusia 35 tahun yang juga seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta Jakarta itu tak ingin penyakit yang terdeteksi tersebut menyebar. Dia lalu bergegas melakukan laparoskopi atau bedah invasif menggunakan alat-alat canggih.
“Operasinya hanya menghabiskan waktu tiga jam. Sementara rawat inap hanya sekitar tiga hari. Dan kebetulan saya membayar cukup murah sebesar Rp10 juta karena sisanya ditanggung asuransi,” ujarnya di sela-sela seminar Bedah Robotik di RS Bunda, Jakarta belum lama ini.
Lain lagi dengan Cut Yunita, perempuan asal Tanah Kusir Jakarta. Pada 2009, dia sempat dioperasi miom atau tumor pada dinding rahim. Perempuan berusia 47 tahun itu trauma setelah mengalami operasi manual.
“Setelah dioperasi bedah robotik pada 2012, rasa sakit yang dirasakan hanya sebentar. Saya bisa langsung melakukan aktivitas sehari-hari. Bekas operasinya pun cenderung tidak kelihatan,” ujarnya.
Namun, biaya operasi menggunakan mesin robotik ini memang cukup mahal. Di RS Bunda Jakarta misalnya biaya yang ditawarkan sekitar Rp80 juta—Rp100 juta. Akan tetapi, biaya tersebut cenderung lebih murah dibandingkan Singapura atau Malaysia yang bisa menghabiskan Rp150 juta—Rp250 juta.
Ivan R. Sini, Direktur Pengembangan Produk dan Teknologi PT Bundamedik mengatakan di dunia kedokteran, penggunaan mesin bedah robotik memang sudah cukup menjadi tren. Mesin bedah robotik yang tersebar di seluruh dunia berjumlah sekitar 3.400 unit. Adanya mesin robotik tersebut membawa kemudahan bagi proses operasi di Indonesia.
Menurutnya, sejak diperkenalkan awal 2012 lalu, teknologi bedah robotik sudah banyak diminati oleh sejumlah pasien di Indonesia. Selain risiko pembedahan minim, hasil yang sudah dilakukan pun cukup berhasil.
“Sedikitnya sudah 50 kasus pertama yang telah ditangani oleh tim dokter ARMIS [advance robotic and minimally invasive surgery] dengan sukses,” katanya.
Adapun beberapa kasus pertama bedah robotik yang telah berhasil tersebut antara lain operasi prostat sebanyak dua kasus, operasi rahim dan kandungan 47 kasus dan operasi saluran kemih dan gastrointestinal (saluran pencernaan ) satu kasus.
Ivan, yang juga tim dokter ARMIS menuturkan pihaknya merasa tertantang untuk melakukan operasi bedah lainnya. Rumah Sakit Bunda, Jakarta, sambungnya yang menjadi salah satu pelopor penggunaan mesin robotik akan melakukan operasi kasus-kasus kompleks lainnya seperti kanker usus, kanker thyroid, bedah jantung, syaraf dan bedah anak.
Kehadiran mesin bedah robotik di Indonesia memberikan dampak positif tersendiri bagi perkembangan medis Tanah Air. Berdasarkan pengalaman, aplikasi bedah robotik cukup terbukti efektif dan memberikan keuntungan bagi pasien.
Mesin bedah robotik diyakini mampu mengurangi luka bagi pasien. Selain itu bisa juga memberikan ketepatan dan akurasi dalam operasi karena sudah terdigitalisasi dengan skema komputerisasi. Hal ini memberikan perubahan paradigma terhadap operasi yang menakutkan bagi pasien. Keuntungan lain dari bedah robotik juga meminimalisir pendarahan dan menghilangkan trauma pascaoperasi.
Sita Ayu Arumi, Koordinator Robotic ARMIS menuturkan kehadiran mesin bedah robotic juga sekaligus meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dokter. Para dokter bedah wajib mendapatkan sertifikasi Internasional guna mengaplikasikan mesin tersebut.
“Saat ini sedikitnya sudah ada 10 dokter ARMIS yang layak mengaplikasikan operasi bedah menggunakan mesin robotik,” ungkapnya.
Dia menuturkan kehadiran dokter-dokter berkompetensi tersebut mampu memberikan proses operasi yang baik dan memuaskan pasien. Sita menargetkan untuk tahun ini 100 pasien diharapkan melakukan operasi menggunakan mesin robotik.
Ivan menambahkan, dengan berhasilnya 50 kasus pertama bedah robotic merupakan sebuah prestasi yang menggembirakan dalam dunia medis di Indonesia. Tim dokter ARMIS lanjutnya, bakal selalu mengedepankan teknologi mutakhir yang memiliki keunggulan dibandingkan teknologi yang sudah kedaluarsa, meskipun teknologi bedah robotik ini belum mampu digunakan pada semua proses pembedahan.
“Memang sudah tugas kami para tenaga kesehatan dan kedoteran untuk terus melakukan inovasi. Pelayanan jasa kesehatan dan kedokteran yang kami berikan semoga bermanfaat dan menjadi yang terbaik bagi para pasien,” tuturnya. (ltc)