Bisnis.com, JAKARTA--Momen Idul Fitri, bagi warga muslim merupakan hal istimewa. Tak terkecuali bagi Julian Noor. Ramadan tahun ini dia merasa sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Indonesia (AAUI) itu benar-benar bersyukur menyambut detik-detik hari raya Idul Fitri tiba.
“Bagi saya, Idul Fitri tahun ini sangat spesial. Saya sekarang resmi menyandang jadi seorang kakek,” ujarnya.
Ada tradisi yang tak pernah alpa dilakukan Julian saban tahun. Mudik namanya. Tradisi itu sama juga dilakukan warga muslim lain yang kerap pulang ke desa atau kampung halaman.
Namun, Julian dan keluarga punya rencana lain. Tempat yang dituju untuk mudik tahun ini bukan ke desa atau kampung halaman, melainkan terbang ke negara kanguru.
“Pada 2 Agustus nanti, kami sekeluarga akan pergi ke Australia, mau nengok anak pertama saya yang baru melahirkan di sana,” katanya.
Julian sadar, terbang ke luar negeri terutama menetap beberapa hari di sana berbeda dengan bepergian yang biasa dia lakukan secara domestik. Berbagai persiapan tentunya sudah dilakukan sematang mungkin.
“Untuk mudik kali ini kami sekeluarga lebih menyiapkan pakaian hangat. Beda dengan biasanya kami lebih menyiapkan banyak baju koko. Tak lupa tentuya membawa bekal kue khas Indonesia.”
Memang, setiap tahun Julian dan keluarga ramai-ramai pulang ke kampung halaman di Banjarmasin. Tradisi mudik yang tak pernah dilupakannya yaitu memberi oleh-oleh kota dan sejumlah uang yang dibagikan ke beberapa tetangga dan kerabat.
Kebiasaan lain yang menjadi ritualnya adalah berkunjung ke makam orangtua, kerabat dan saudara. Sisanya bertemu dengan teman-teman lama. “Tetai yang paling saya kangen adalah kuliner khas Banjarmasin,” ungkapnya.
Hawe Setiawan, Pengamat Budaya asal Jawa Barat mengatakan mudik berasal dari kata udik yang berarti hulu sungai atau juga bisa disebut sumber. Dalam hal ini, Hawe menyebutkan bahwa mudik berarti kegiatan orang yang pulang ke hulu atau tempat asal.
Menurutnya, pada zaman dulu sungai merupakan pola jalur trasportasi utama.
Orang zaman dulu biasa menggunakan jalur sungai untuk bepergian, bekerja, berjualan hingga mencari kayu bakar sebelum ada alat transportasi canggih seperti saat ini. Setelah melakukan pengembaraan tersebut, orang-orang zaman dulu kembali dengan membawa penghasilan.
"Dari situ kita bisa lihat, realitas mudik menunjukkan kepada kita bahwa apa pun status orang Indonesia, tidak bisa dipungkiri mereka juga suatu saat rindu kampung halaman," ujarnya.
Berbeda dengan Julian, analis Jakarta Futures Exchange (JFX) Renji Betari menuturkan pada saat Idul Fitri nanti dirinya tidak akan melakukan mudik seperti rekan-rekan muslim lainnya. Maklum, sebagai non muslim, dia tidak terlalu ikut euforia tersebut.
“Saya paling akan muter-muter Jakarta saja, mampir ke restoran ke restoran lain, atau palingan belanja sana-sini,” ujarnya.
Selama terlibat dan jadi analis di bursa, Renji memang sudah banyak mengunjungi hampir sebagian kawasan di Indonesia. Jadi, dia tidak terlalu menggebu-gebu menghabiskan liburan dengan berwisata domestik seperti yang dilakukan banyak rekannya.
Bahkan, dia juga tidak terlalu tertarik untuk berlibur ke luar negeri.
Menikmati Jakarta, ungkapnya, yang nanti diperkirakan tidak akan terlalu macet adalah hal yang ditunggu-tunggu olehnya. “Kalau warga Chinese seperti saya, biasanya menghabiskan weekend panjang di Jakarta saja,” tuturnya. (ra)