Bisnis.com, JAKARTA- Angka penderita diabetes di Indonesia diprediksi bakal terus bertambah seiring permasalahan gaya hidup global dan cara hidup tidak sehat yang semakin meningkat.
Sekjen Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Em Yunir mengatakan penderita diabetes di Indonesia pada 2030 akan mencapai hingga 20-30 juta orang dibandingkan pada 2007-2008 yang mencapai sekitar 7 juta orang.
“Tren [penderita diabetes] di seluruh dunia terus meningkat, bahkan di tingkat Asia Pasifik saja diperkirakan akan menempati sekitar 40% dari total penduduk,” katanya kepada Bisnis seusai konferensi pers Asean Federation on Endocrine Societies (AFES) 2013 di Jakarta, Kamis (14/11/2013).
Berdasarkan riset Kementerian Kesehatan 2007, penduduk Indonesia penyandang diabetes tipe 2 sebanyak 5,7%. Di tingkat dunia sendiri pada 2012, Indonesia berada di urutan ke-7 penyandang diabetes terbanyak.
Adapun prevalensi diabetes di Indonesia pada 2013 sebesar 6,8%. Sementara prevalensi penyandang diabetes di tingkat ASEAN sebesar 8,7% dan 51,1% dari persentase tersebut tidak terdiagnosa. Adapun, masalah krusial diabetes di tingkat ASEAN terkait persoalan kebijakan screening, jumlah penyandang dan risiko komplikasi kronis.
Em Yunir mengklaim pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin guna menekan angka diabetes di Indonesia dengan melakukan kerjasama ke berbagai pihak. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain membuat buku konsensus penanganan diabetes dan buku saku yang didistribusikan ke berbagai stakeholder.
Buku konsensus lain yang dianggap bermanfaat mencegah tumbuhnya diabetes yaitu terkait penggunaan insulin, diabetes dengan kehamilan, penanganan kolesterol dan sejumlah produk diabetes lainnya.
Di tempat yang sama, Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron mengimbau agar permasalahan diabetes di Indonesia bisa diatasi sebaik mungkin. Pihaknya mengklaim telah bekerja memberikan layanan gratis dengan membuka program antara lain layanan kesehatan gratis dan pos pembinaan terpadu (Posbindu).
“Kami sudah menyediakan beberapa program agar masyarakat secara mudah mendapatkan pelayanan terbaik untuk kesehatan. Posbindu yang sudah ada misalnya mencapai 7.000 di Jawa dan Sumatra. Ke depan akan terus kami perbanyak Posbindu hingga ke pelosok daerah,” paparnya.
Ali mengaku upaya pemerintah memang belum maksimal disebabkan oleh beberapa kendala. Padahal, lanjutnya, permasalahan kesehatan, khususnya diabetes yang cukup banyak diderita masyarakat Indonesia telah disosialisaikan jauh-jauh hari.
Dia menjelaskan perlu adanya komitmen berbagai kalangan guna membentuk kesadaran masyarakat terkait pentingnya pencegahan diabetes. Salah satu yang disoroti yaitu kurang perhatiannya masyarakat tentang asupan makanan. Lainnya, tentang kesadaran pentingnya olahraga sebagai penyeimbang asupan makanan penyebab diabetes.
Kecenderungan angka penyandang diabetes memang naik. Namun, lanjutnya, bukan berarti pemerintah gagal menekan angka penyandang diabetes tersebut. Pihaknya mengajak seluruh elemen masyarakat bekerjasama memberikan kesadaran peduli kesehatan.
“Hal kecil yang seringkali dilupakan misalnya, masyarakat jarang membaca kadar dan kandungan makanan yang mereka konsumsi, padahal kami sudah mendorong industri makanan untuk mencantumkan kandungan gizi dan lain-lainnya.”
Upaya Kementerian Kesehatan sejak beberapa tahun terakhir membentuk Direktorat Diabetes di bawah Direktorat Penyakit Tidak Menular dengan membuat draft perencanaan penanggulangan diabetes di Indonesia (National Diabetic Plan) pada Kongres Perkeni di Manado 2012 lalu.
Kongres tersebut salah satunya memprakarsai pelatihan 1.200 tenaga praktisi kesehatan, dokter umum, perawat dan edukator diabetes yang mendapatkan bantuan dana dari World Diabetes Foundation (WDF).
Imam Subekti, Ketua Panitia Kongres AFES 2013 mengatakan masalah diabetes merupakan topik bahasan tertinggi di dunia hingga mencapai 30-40%, disusul masalah endokrin lainnya yaitu tiroid 15-20%, lipid 20%.
Indonesia pada tahun ini menjadi tuan rumah Kongres AFES ke-17 di Jakarta dengan menghadirkan sekitar 1.400 praktisi kesehatan bidang endokrinologi pada 14-16 November 2013.
Tujuan kongres tersebut salah satunya mendapatkan titik temu antara kebijakan pemerintah Indonesia dan kesiapan praktisi kesehatan dalam rangka menyambut diselenggarakannya Jaminan Kesehatan Nasional oleh Badan Penyelenggara Sosial (BPJS) 2014.
"Kami berharap semoga para peserta mahir dalam permasalahan diabetes di negaranya masing-masing. Terlebih, masyarakat sendiri diharapka semakin sadar dan peduli terhadap diabetes dan risiko komplikasi yang timbul dalam penyakit tersebut," ujarnya.