Sahat, dalam Pameran Tunggal Lukisan Sahat Simatupang yang berlangsung pada 4-14 Maret 2014 itu memang dikenal sebagai generasi pelukis abstrak. /satulingkar.com
Show

Mengakrabi Garis Lukisan Sahat Simatupang

Miftahul Khoer
Minggu, 16 Maret 2014 - 20:40
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Dua anak kecil itu berkunjung ke Graha Cipta II, Taman Ismail Marzuki Jakarta pekan lalu. Mereka datang bersama orang tuanya. Dengan wajah kebingungan, salah satu dari sang anak itu menatap lukisan karya Sahat Simatupang berjudul Wajahnya (cat minyak di atas kanvas, 80x100 cm, 2012). “Yang ini judulnya Wajahnya,” kata sang anak sambil menunjuk lukisan.

Jika dilihat sekilas, lukisan Wajahnya tampak seperti corat-coret semrawut. Warna merah, hijau, kuning, biru, hitam tampak tergores kuat. Namun, Sahat tentunya bukan semata-mata menggoreskan garis dan pada lukisannya. Jika dicermati lebih detail, corat-coret itu membentuk sebuah wajah. Mata, hidung dan bibir terlihat tertutup seolah telah terdistorsi garis dan bentuk-bentuk lain yang menyatu.

Sahat, dalam Pameran Tunggal Lukisan Sahat Simatupang yang berlangsung pada 4-14 Maret 2014 itu memang dikenal sebagai generasi pelukis abstrak. Kerapkali, Sahat melukis dengan bentuk yang 'tak jelas' tetapi tetap memiliki makna terkandung. Pada lukisan berjudul Irama (cat minyak di atas kanvas, 70x90, 2012). Sahat melukis dengan menghadirkan sosok manusia yang tengah saling berjabat tangan dalam sebuah putaran.

Pada lukisan ini Sahat membuat garis menyerupai bentuk tubuh manusia. Tubuh-tubuh itu bersatu sama lain dengan jumlah delapan tubuh manusia. Garis-garis subjek manusia pada goresannya memang tidak terlalu tebal. Ketebalan garis justru digoreskan sebagai unsur latar belakang lukisan ini. Artinya, Sahat menonjolkan latar belakang warna merah dan kuning untuk memunculkan garis manusia tadi yang hanya berwarna putih dan hitam.

Pada lukisan Merokok (cat minyak di atas Kanvas, 35x35 cm, 2002). Sahat cukup apik menggoreskan garisnya pada wajah seorang perempuan yang tengah menghisap rokok. Lukisan ini hanya membubuhkan warna hijau tua dan krem. Tetapi komposisinya cukup pas sehingga memberi kesan garis wajah perempuan tersebut seolah menampilkan wajah seseorang yang sempurna.

Pada lukisan Bermain Dengan Malam 2 (cat minyak di atas kanvas, 75x150 cm, 2014). Sahat lebih ekstrem membubuhkan lukisan abstraknya. Berbekal dari karya-karya sebelumnya, Sahat sepertinya telah menemukan pengalaman batin baru dalam memainkan warna. Lukisan ini bisa menjadi salah satu buktinya. Dia menggabungkan komposisi warna kuning, putih, merah, cokelat dan hitam.

Eksperimen warna juga bisa dilihat pada lukisan Bermain Dengan Malam 1 (cat minyak di atas kanvas, 75x150 cm, 2014). Dominasi warna hijau tua dan muda tampak lebih kuat. Sehingga pada lukisan ini Sahat seolah ingin tampil atau muncul dengan warna yang segar, tidak cenderung kelam dan gotik seperti pada karya-karya sebelumnya. Kedua lukisan Bermain Dengan Malam sendiri bercerita tentang kehidupan malam yang penuh dengan warna-warni, baik sebagai simbol, metafora atau fenomena yang nyata terjadi di dunia.

Kecintaannya terhadap garis juga diperlihatkan pada lukisan berjudul Wanita Garis Putih (cat minyak di atas kanvas, 60x80 cm, 2003). Lukisan berusia lebih dari 10 tahun ini dipenuhi oleh warna merah, kuning dan kombinasi warna biru dan hijau. Sementara, garis yang membentuk seorang perempuan tengah duduk menyamping hanya menggoreskan warna putih saja.

Inilah dalam pandangan Prisade, seorang karib Sahat Simatupang melalui catatan kuratorialnya menyebutkan keakraban Sahat tidak bisa dipisahkan dengan garis. “Garis yang dihidupkan secara terus menerus [pada karya-karya Sahat Simatupang] bisa juga dikatakan bahwa garis itu tidak lain adalah dari garis hidup dirinya sendiri,” katanya.

Dari beberapa lukisan yang dipamerkan, tampak sekali evolusi garis yang digoreskan Sahat. Jika pada era 2000-an Sahat lebih memilih menggoreskan garis tipis, maka setelah pada 2010-2014, garis-garis pada lukisan Sahat yang cenderung abstrak itu lebih tebal dengan pemilihan warna yang kaya pula.

Prisade menambahkan, kendati lukisan Sahat beraliran abstrak dengan garis-garis yang membentuk banyak tema itu, Sahat masih memposisikan diri sebagai pelukis yang konsisten dengan prinsipnya. “Jadi, ketika melukis, Sahat tidak melukis dengan suatu pikiran yang kosong dan perasaan yang buta,” paparnya.

Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro