Rindu saat rakyat dapat secara bebas menyaksikan seni-seni berkualitas yang tampil di taman kota. /bisnis.com
Travel

Menikmati Hiburan Rakyat ala Singapura

Anggi Oktarinda
Jumat, 18 April 2014 - 16:10
Bagikan

Bisnis.com, SINGAPURA - Senandung simfoni Hungarian Dance No. 5 terdengar mengalun merdu dihantarkan semilir angin yang menghembus area Botanic Garden di Singapura, petang itu.

Singapore Chinese Orchestra, yang beratraksi di atas Shaw Foundation Symphony Stage di atas Symphony Lake di perut Botanic Garden, memainkan sebuah nomor karya komponis asal Jerman Johannes Brahms itu dengan apik.

Iramanya yang sesekali mengalun syahdu kemudian menghentak riang pun menemani canda tawa dan tarian riang gembira kami, para jurnalis dari berbagai negara di Asia yang sedang piknik di atas hamparan rumput hijau di area Palm Valley.

Di sekitar kami, berkumpul ratusan orang. Beragam suku bangsa, warna kulit, dan usia. Mereka berkumpul bersama keluarga, kerabat, rekan, dan sahabat. Hampir semuanya datang dengan tikar piknik mereka. Digelar menghadap panggung berbentuk seperti bagian depan kerang yang terbuka di atas danau buatan di dalam area Palm Valley.

Orang-orang tua duduk menghampar. Pasangan kekasih duduk bersisian ditemani keranjang piknik penuh penganan. Teman-teman sejawat duduk berkumpul. Ada yang menggoyangkan badan mengikuti irama musik. Ada yang bersenda gurau satu sama lain ada pula yang berfoto.

Bayi-bayi merangkak. Anak-anak kecil berlarian ke sana ke mari. Beberapa memainkan permainan yang dibawanya dari rumah dengan kawan kecil yang baru mereka temui di taman itu. Ada yang membawa layangan. Ada yang bermain bola. Ada yang bermain gasing. Juga main petak umpet.

Semuanya tampak menikmati waktu Sabtu sorenya masing-masing dengan hiburan rakyat a la Singapura di taman yang terletak di jantung kota dan tak jauh dari kawasan pusat perbelanjaan ternama Orchad Road tersebut.

Stacie, gadis kecil berambut blonde yang asik bermain bola dengan abang serta dua teman kecil mereka dari India, ternyata beberapa kali meluangkan akhir pekan di Botanic Garden. Ia datang bersama dua orang tuanya yang menetap di Singapura.

Bukan sekali itu Botanic Garden menggelar konser oskestra di atas panggung kerang atas danaunya. Jika mengacu kalender kegiatan Botanic Garden, paling tidak dua kali dalam sebulan ada agenda konser musik gratis di tengah danau.

Pada Sabtu pertama bulan Mei yang akan datang misalnya, duet Cracow Duo yang terdiri dari Jan Kalinowski (cello) dan Marek Szlezer (piano) akan menggelar permainannya. Dua sahabat sejak kecil asal Polandia ini dijadwalkan akan membawakan beberapa nomor dalam penampilan yang berdurasi satu jam sejak 18.30 - 19.30 waktu setempat.

Sepekan kemudian, Singapore Symphony Orchestra akan kembali tampil membawakan beberapa nomor klasik seperti Viennese Waltz King, Bizet's Carmen Suite No.1, dan beberapa petikan dari Tchaikovsky yaitu Swan Lake dan Dvorák's Symphony No.8.

Tebak berapa tiket yang harus dibayar untuk semua itu? Tidak ada. Siapapun bisa masuk untuk menikmati komplek Botanic Garden, berjalan-jalan, pikinik, melihat-lihat koleksi, atau menikmati tur-tur dan konser yang digelar di satu-satunya panggung di atas danau. Gratis. Tidak perlu merogoh kocek.

Tidak kurang dari sembilan unit taman yang bisa dinikmati pengunjung. Mulai dari Marsh Garden di dekat Holland Road, Sun Garden dan Sundial Garden yang tidak jauh dari Danau Angsa, Ginger Garden di dekat Gerbang Burkill, Cascade Garden di dekat Visitor Centre, Evolution Garden, Healing Garden, Jacob Ballas Children’s Garden, dan Trellis Garden.

Di Evolution Garden, pengunjung dapat menyaksikan koleksi berbagai jenis tanaman mulai dari masa awal planet bumi dan perkembangannya hingga saat ini. Ada juga Rain Forest yang sesuai namanya merupakan miniatur hutan hujan dengan berbagai jenis ekosistem di dalamnya. Beberapa pohon di hutan hujan ini mencapai tinggi lebih dari 50 meter dan jauh lebih tua dibandingkan Botanic Garden yang sudah berusia lebih dari 150 tahun.

Tapi memang lain soal kalau pengunjung mau masuk ke National Orchid Garden, area khusus yang menyimpan lebih dari 1.000 jenis dan 2.000 hybrid koleksi tanaman anggrek di suatu bagian Botanic Garden.

Selain dapat melihat beragam jenis anggrek, di bagian National Orchid Garden pengunjung dapat pula masuk ke Cool House yang menampilkan koleksi tanaman-tanaman, termasuk anggrek, di area pegunungan tinggi. Masuk ke situ, kita akan merasakan hawa dingin selayaknya di atas kawasan pegunungan tinggi.

Untuk melihat ratusan koleksi anggrek-anggrek cantik itu, pengunjung dewasa harus membayar $5 atau sekitar Rp46.500 kalau menggunakan standar nilai tukar Rp9.200 per Dolar Singapura.

“Tapi untuk masuk Botanic Garden ini, seluruh bagian kecuali National Orchid Garden, siapapun bisa. Gratis, tidak perlu bayar,” ujar Nigel Taylor, Direktur Singapore Botanic Garden.

Syaratnya? Cukup bersikap bertanggung jawab dengan tetap menjaga kebersihan, tidak meninggalkan sampah, serta menjaga dan tidak merusak ekosistem yang ada di sana. Tidak berat bukan?

Nigel mengakui memang tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk memelihara taman nasional seluas 74 hektar tersebut. “Dalam satu tahun, kami menganggarkan tidak kurang dari $15 juta [lebih dari Rp130 miliar] untuk memelihara Botanic Garden,” ujar Nigel.

Dana itu, ujarnya, digunakan tidak hanya untuk menggaji staf dan para ahli juga untuk merawat dan membiayai konstruksi. Selain dari pemerintah, sebagian dana yang dibutuhkan untuk perawatan Botanic Garden berasal dari para donatus.

“Kami juga punya toko yang menjual berbagai jenis cendera mata khas Botanic Garden dan punya venue untuk disewakan. Tapi pemasukan dari itu memang tidak menutupi,” katanya.

Hasilnya, tak kurang dari 4,5 pengunjung datang ke Botanic Garden setiap tahunnya. Jumlah pengunjung semakin meningkat setelah pemerintah setempat membangun stasiun Mass Rapid Transit (MRT) langsung ke pintu masuk Botanic Garden. Hal itu menjadikan kawasan taman nasional ini semakin mudah diakses oleh rakyat.

Sebanyak 30% pengunjung Botanic Garden merupakan ekspatriat yang tinggal di Singapura serta para turis mancanegara, termasuk dari Indonesia. Sementara itu sekitar 70% di antaranya adalah warga Singapura.

Serene, seorang warga setempat, mengaku sering berkunjung ke Botanic Garden untuk berkumpul bersama teman-temannya. "Sekadar mengobrol dan berpiknik bersama," ujarnya.

Ia mengaku menikmati kegiatan menghabiskan waktu secara berkualitas di taman kota sambil menghirup segarnya udara dan rindangnya pepohonan di tengah Negara-Kota yang penuh gedung pencakar langit itu.

Duduk di sana, di Botanic Garden sore itu, saya sungguh rindu dapat menyaksikan hiburan rakyat ala Singapura seperti itu di Indonesia. Rindu saat rakyat dapat secara bebas menyaksikan seni-seni berkualitas yang tampil di taman kota. Juga rindu saat rakyat secara sadar juga turut melestarikan dan menjaga taman kota itu. Tidak buang sampah sembarangan dan mengotori fasilitas taman seperti yang jamak terjadi di kota-kota di Indonesia.

Penulis : Anggi Oktarinda
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro