Bisnis.com, JAKARTA - Kekhasan Putu Wijaya, sekali lagi tidak bisa dilepaskan dengan cara berkesenian melalui sastra yang meneror mental. Maka menjadi wajar jika kurator pameran Ipong Purnama Sidhi mengatakan bahwa lukisan Putu diibaratkan seolah-olah pria kelahiran Bali itu sedang menata panggung teater.
Bedanya, Putu tidak memainkan gerak, cahaya dan kata, tetapi lebih agresif bermain dengan warna dan garis. Pada tafsiran Ipong, hasil karya lukis Putu merupakan memori yang terekam dalam otaknya. Terlebih, kreatifitas Putu pada lukisan semakin produktif ketika sakit menimpanya.
Di situlah, lanjut Ipong, tangan kanan Putu dimaksimalkan untuk melukis dengan semangat dan daya imajinasi yang kuat. "Apa yang dilukis Putu ketika berkesenian baik di teater atau pun dalam menulis karya sastra disimpan baik-baik di otaknya. Kemudian dia menjadikan objek gambar yang dipindahkan di atas kanvas," paparnya.
Namun, Ipong menegaskan bahwa pada lukisan tersebut, Putu tengah mencari kepuasan. Dia menilai Putu tidak sedang mencari pasar atau hal-hal yang lebih dari sekadar lukisan. Tetapi tidak menutup kemungkinan, pada pembukaan pameran yang dihadiri oleh para kolektor, seniman dan budayawan itu bakal menjadikan babak baru dalam kehidupan berkesenian Putu Wijaya. Pasar seni lukis sepertinya bakal hinggap kepada pendiri Teaeter Mandiri itu. Selamat ulang tahun Putu Wijaya.