Bisnis.com, JAKARTA - Kematian pasangan bagi wanita termasuk penyebab stress (stressor) yang utama. Ada wanita yang memilih tetap sendiri, ada yang memutuskan untuk menikah lagi. Tapi, apakah menikah lagi merupakan hal yang gampang dilakukan?
Psikolog anak dan keluarga Mira D. Amir mengatakan ketika kondisi wanita belum memiliki anak atau sedang mengandung anak pertama saat suami meninggal, proses untuk menikah lagi akan lebih mudah dibandingkan dengan bagi wanita yang sudah memiliki anak.
Anak yang berada dalam kandungan tersebut belum mengenal figur ayahnya, sehingga mudah bagi sang ibu mencari suami baru. “Ketika anaknya belum mengenal figur ayah [maka pernikahan baru] akan lebih simple, tetapi harus tetap mencari dengan seksama calon pasangan berikutnya,” katanya kepada Bisnis.
Ketika akan menikah lagi, seorang wanita harus yakin telah mampu melewati masa sedih. Menurut Mira, mereka yang belum mampu melewati masa sedih biasanya masih merasakan ada sosok pasangan di sekelilingnya. Mereka juga enggan menyingkirkan barang-barang peninggalan pasangan. Kesedihan yang masih melekat kuat itu bisa menyebabkan konflik dengan pasangan baru.
Jika wanita sudah memiliki anak saat ditinggal suami, maka bukan hal yang mudah bagi calon pasangan baru untuk menerima kondisinya. “Janda memiliki berberapa anak [misalnya], tidak segampang itu pria mau menikahinya,” katanya.
Dalam kondisi semacam itu, untuk memulai rumah tangga yang baru butuh pertimbangan matang. Jangan sampai menikah hanya karena kalut ditinggal pasangan sebelumnya.
Sebelum memutuskan menikah lagi, wanita harus membantu anak-anak melewati masa berkabung. Anak-anak dikhawatirkan akan menjadi duri dalam daging pada pernikahan selanjutnya jika mereka belum bisa menerima kehadiran ayah baru.
Mencari pasangan baru, lanjutnya, bukan berarti pilihan terbaik bagi wanita yang suaminya meninggal. Semua tergantung pada kepribadian masing-masing. Jika memutuskan tetap sendiri, wanita juga harus berpikir mengenai sumber nafkah untuk anak-anaknya.
Mereka yang belum bekerja, harus menggunakan segenap kemampuan untuk menafkahi anak-anaknya. Mereka yang sudah bekerja juga harus melakukan evaluasi ulang sisi keuangan mereka. Ketika dirasa sumber penghasilan yang ada belum cukup, maka bersiaplah putar otak mencari tambahan.