Bisnis.com, JAKARTA-- Masalah virus hepatitis tidak bisa dilepaskan dari persoalan HIV/AIDS, mengingat Indonesia merupakan negara dengan epidemik HIV yang terkonsentrasi pada populasi berisiko.
Upaya keras dalam pengendalian HIV/AIDS akan sia-sia bila orang dengan HIV/AIDS yang telah disiapkan pelayanannya dan disiplin mengikuti pengobatan, namun mereka meninggal karena terserang hepatitis baik B maupun C.
“jadi, perlu upaya kolaborasi untuk menangani masalah hepatitis dan HIV/AIDS ini,” kata Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti, di sela Pertemuan Konsultansi Nasional Pengendalian Hepatitis di Indonesia yang berlangsung di Jakarta, Rabu (26/6/2014).
Menurut dia, hepatitis adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati. Virus hepatitis terdiri atas hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A dan E dapat ditularkan melalui anus ke mulut atau secara fecal orang.
Hepatitis A dan E sering timbul sebagai kejadian luar biasa, tapi dapat sembuh dengan baik. “Karena penularannya melalui fecal oral, pencegahannya melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Akses air bersih dan kesehatan lingkungan, serta pengelolaan makanan yang baik dan benar,” kata Ali Ghufron.
Sedangkan hepatitis B, C, dan D dapat ditularkan secara parenteral, seperti penggunaan bersama alat-alat pribadi dengan penderita, atau melalui hubungan seksual. “Keadaan ini bisa menjadi kronis,kemudian menjadi kanker hati,” ungkapnya.
Untuk hepatitis B telah dilakukan upaya imunisasi pada bayi sejak 1997, sedangkan pada hepatitis C belum ditemukan vaksinasi, namun penderita dapat disembuhkan.
“Melalui pertemuan ini, saya berharap para peserta dapat memikirkan, mengembangkan, dan memasukkan dalam rencana kerjanya pengendalian virus hepatitis sebagai upaya prioritas, dan dapat dilakukan atau dikolaborasikan dengan program lain,” ujarnya
Di Indonesia, lanjutnya, diperkirakan pengidap hepatitis B dan C mencapai 28 juta orang. Data Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi hepatitis B adalah sebesar 9,4%, sedangkan prevalensi hepatitis C sebesar 2,1%.
Wamenkes menuturkan saat ini selain Imunisasi Hepatitis B, upaya pengendalian virus hepatitis yang telah dilaksanakan adalah:
1. Promosi perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS.
2. Penapisan darah donor oleh unit transfusi darah PMI.
3. Deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil.
4. Deteksi dini hepatitis B pada tenaga kesehatan.