Bisnis.com, JAKARTA - Seniman Yos Suprapto batal memamerkan karya lukisannya dalam pameran tunggal yang sedianya digelar hari ini, 20 Desember 2024.
Pameran bertajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan itu, seharusnya dibuka dan diresmikan semalam, sebelum dinikmati publik mulai 20 Desember 2024 sampai 19 Januari 2025.
Alasan berbeda disampaikan oleh pihak Galeri Nasional dan Yos Suprapto seniman itu sendiri.
Galeri Nasional mengungkapkan alasannya karena masalah teknis sehingga pameran tunggal itu terpaksa ditunda.
Sementara itu, sang seniman mengatakan pameran ini gagal dibuka karena ada manajemen yang tak jelas. Selain itu, dia mengungkap kurator yang ditunjuk Galeri Nasional juga meminta 5 dari 30 lukisan diturunkan.
Lima lukisan tersebut diketahui berkaitan dengan sosok populer di masyarakat Indonesia. Mendengar permintaan itu, Yos dengan tegas langsung menolak kompromi tersebut. "Ada yang bermain politik praktis di dalam pameran ini karena ketidakmampuannya memahami kronologis dari pameran ini sendiri," ungkap Yos.
Profil Yos Suprapto
Yos Suprapto adalah seniman kelahiran Surabaya yang karya lukisnya banyak mengkritik masalah sosial, dan budaya.
Yos Suprapto adalah seniman kawakan yang mulai aktif di dunia seni rupa sejak era 1970-an. Rekam jejaknya dimulai lewat pameran tunggal bertajuk Bersatu dengan Alam di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 1994.
Kemudian, pada 2001, Yos kembali menggelar pameran tunggal Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa di Galeri Nasional Indonesia. Lewat seteleng ini, perupa kelahiran 26 Oktober 1952 itu, melontarkan kritik atas budaya kekerasan dalam realitas kebangsaan kontemporer.
Gebrakan Yos juga terus berlanjut lewat pameran Republik Udang di Tembi Gallery, Yogyakarta pada 2005. Dalam pameran tersebut, Yos mengkritisi isu korupsi di lingkungan elit birokrasi yang semakin marak di Indonesia pascareformasi 1998.
Pada 2017, Yos kembali ke medan seni rupa lewat pameran tunggal bertajuk Arus Balik Cakrawala, di Galeri Nasional Indonesia. Pada 2022, dia sempat terlibat pula dalam pameran bersama, salah satunya Mata Hati Demokrasi di Taman Budaya Surakarta. (Chelsea Venda)