Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Kesehatan dan PT Merck Indonesia menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan terhadap penyakit tyroid.
MoU ini merupakan komitmen dunia usaha untuk mendukung dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan, khususnya pada peningkatan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi berharap MoU tersebut dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya dalam pengendalian penyakit tyroid.
MoU tersebut mencakup upaya promosi kesehatan, deteksi dini penyakit tiroid dan edukasi penyakit tiroid kepada tenaga kesehatan profesional.
Direktur Merck Sereno Evie Yulin menambahkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap gangguan tiroid masih rendah.
"Bersama Kemenkes kami akan bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai gangguan tiroid dan sokusi melalui cara inovatif sehingga memotivasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini," katanya, Minggu (17/8/2014).
Penyakit tyroid berkaitan dengan iodium. Pada anak usia sekolah kekurangan iodium menyebabkan berkurangnya fungsi kognitif (kemampuan belajar).
Sementara pada wanita perkembangan neurologik janin terhambat yang akhirnya menyebabkan retardasi mental dan kretenisme pada bayi.
Pada ibu menyusui kebutuhan iodium melebihi keadaan normal, jika kekurangan menyebabkan kelainan metabolik tiroid, seperti penyakit Grave's.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, proporsi nilai ekskresi Iodium Urin (EIU) risiko kekurangan pada anak usia 6-12 tahun sebesar 14,9%, pada WUS sebesar 22,1%, pada ibu hamil 24,3%, dan pada ibu menyusui sebesar 23,9%.
Keadaan itu menjadi penanda akan timbulnya gangguan metabolisme tyroid yang dapat menyebabkan kondisi penyakit tyroid.
Sementara dalam Riskesdas 2013, tergambar prevalensi hipertiroid (diagnosis hipertiroid oleh dokter) sebesar 0,4%.