Pemilu dalam kebudayaan di Bali/JIBI
Show

Potret Kebudayaan Bali dalam Sebuah Buku

Agnes Savithri
Senin, 25 Agustus 2014 - 12:07
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--“Saraswati dipuja di Bali sebagai Dewi Pengetahuan, Kecantikan dan Seni. Buku ini menuliskan jejak dari pengaruh Dewi Saraswati yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari Desa Peliatan, Bali. Bagaimana sebuah upacara, drama dan tari topeng yang akan diadakan dalam Festival Pura Madya bisa dilihat dalam koleksi seni, taman dan acara-acara kebudayaan di dekat ARMA Museum.”

Bait tersebut merupakan petikan dari sepenggal cerita di Bali dalam buku Saraswati in Bali: a Temple, a Museum, and a Mask yang diterbitkan oleh ARMA Museum bekerja sama dengan BAB Publishing. Buku ini ditulis oleh seorang Ron Jenkins, profesor yang telah meneliti seni dan budaya Bali selama lebih dari tiga puluh tahun.

Buku setebal 156 halaman ini terdiri dari sepuluh bagian yang menceritakan kebudayaan Bali. Salah satunya adalah Festival Pura Madya. Festival ini diadakan di Bali dalam rangka menghormati Dewi Saraswati.

Setiap upacara yang dilakukan dalam festival ini memiliki makna tersendiri. Filosofi juga meliputi prosesi pawai di jalan yang berwarna-warni hingga lakon badut. Di Bali, Dewi Saraswati merupakan dewi yang dipuja sebagai sumber pengetahuan, keindahan dan seni.  Ajaran Saraswati pun memberikan inspirasi untuk lukisan, pertunjukkan dan ritualisasi yang ditampilkan di Museum ARMA.

Salah satu bagian buku ini menceritakan Barong, sosok yang mendapat sebutan sosok paling terkenal oleh Walter Spies pada tahun 1930an. Barong ada di dalam upacara suci di Bali dan pertunjukkan untuk turis.

Selain Barong, buku ini pun menjelaskan prosesi yang dilakukan dalam Festival Pura Madya, Mendak. Mendak merupakan prosesi  luar biasa perwujudan dari pengetahuan dan adat istiadat. Prosesi ini berlangsung sepanjang tujuh kilometer antara Desa Peliatan dan Desa Tegallalang.

Mendak merupakan kata yang biasa digunakan untuk menunjuk tamu yang diundang. Dalam prosesi ini tamu yang diundang memiliki makna tamu tersebut dipilih  oleh roh spritual dari para leluhur dari Desa Tegallalang yang terhubung dengan sejarah di Desa Peliatan.

Tidak hanya berkisah mengenai prosesi dalam Festival Pura Madya, buku ini juga menampilkan foto-foto cantik yang menggambarkan keindahan dari Bali dan adat istiadatnya. Museum ARMA pun mengambil peran dalam melestarikan kebudayaan dan keindahan Bali, terutama di Ubud.

“Di sekitar Museum ARMA tetap dipertahankan keadaan alamnya yang indah dan asli, seperti sawah dan pemandangannya,” tutur Anak Agung Gede Rai pemilik Museum ARMA.

Buku ini akan memberikan pandangan bagi pembacanya yang tertarik dengan evolusi budaya tradisional Bali di era global. Serta memberikan wawasan bagi pembaca yang tertarik untuk mempelajari mengenai lukisan, teater, sastra dan agama dalam budaya Bali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agnes Savithri
Editor : Ismail Fahmi
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro