Di SMK, metode pengajarannya kebanyakan praktik di lapangan, sehingga memungkinkan siswa memperoleh variasi yang cukup banyak dalam penglihatan. /Bisnis.com
Fashion

KOTA MALANG: Siswa Pakai Kaca Mata Capai 17%, Ini Penyebabnya

News Editor
Senin, 13 Oktober 2014 - 18:40
Bagikan

Bisnis.com, MALANG - Sedikitnya 17% dari 7.845 siswa-siswi SD hingga SMA di Kota Malang, Jawa Timur, dinyatakan wajib berkacamata karena gangguan penglihatan, terutama mata minus.

Ketua Yayasan Berani Bhakti Negara, Witdarmono, di Malang, Senin, mengatakan meski ada 17% siswa harus berkacamata, persentase itu masih cukup bagus dibanding dengan daerah-daerah perkotaan lainnya, sebab di daerah perkotaan lain rata-rata mencapai 20%.

"Beberapa waktu lalu kami melakukan pemeriksaan terhadap ribuan siswa SD hingga SMA di kota ini dan hasilnya ada 1.305 siswa yang harus menggunakan kacamata untuk membantu penglihatannya," kata Witdarmono di sela-sela acara penyerahan kacamata gratis bagi siswa SD-SMA di Kota Malang, Senin (13/10/2014).

Yayasan Berani Bhakti Negara bekerja sama dengan PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) melakukan pemeriksaan dan pembagian kacamata gratis bagi 1.305 siswa yang tersebar di 13 sekolah di Kota Malang, mulai jenjang SD hingga SMA.

Menurut dia, kalau di daerah yang jauh dari perkotaan, daya lihatnya hanya delapan persen dari total siswa yang diperiksa, namun di Kota Malang hanya 17% itu masih tergolong bagus.

Jika dibuat perbandingan, jumlah siswa di Kota Malang yang paling sedikit memerlukan kacamata adalah siswa-siswi SMK, yakni di bawah 10%, sedangkan siswa SMP dan SMA yang paling banyak harus memakai kacamata, yakni mencapai 20% dan jika di rata-rata mulai SD-SMA/SMK mencapai 17%.

Perbedaan kebutuhan memakai kacamata antara anak-anak kota dengan anak-anak di daerah serta perbedaan jenis sekolah, katanya, patut mendapatkan perhatian. Sebab, menurut berbagai organisasi dokter anak, anak-anak kota lebih rawan terkena gangguan mata karena mereka lebih banyak terekspos pada gadget, seperti handphone, video, dan layar komputer ketimbang anak-anak di daerah," ujarnya.

Pemakaian yang berlebih dalam teknologi komunikasi tersebut membuat mata anak-anak jarang berkedip, sehingga mata menjadi kering dan kepala pusing. Akibatnya, pada usia dini, mereka telah mengalami risiko rabun jauh.

Selain itu, perbedaan metode dalam kegiatan belajar mengajar juga berpengaruh pada kesehatan mata.

"Di SMK, metode pengajarannya kebanyakan praktik di lapangan, sehingga memungkinkan siswa memperoleh variasi yang cukup banyak dalam penglihatan dan situasi itu membuat mata mereka menjadi lebih sehat karena tidak terpaku pada satu objek yang terbatas," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro